31.5 C
Mataram
Jumat, 19 April 2024
BerandaBerita UtamaDi NTB, Nilai Ekspor Turun Sedangkan Nilai Impor Naik Bulan Oktober 2018

Di NTB, Nilai Ekspor Turun Sedangkan Nilai Impor Naik Bulan Oktober 2018

Mataram (Inside Lombok) – Nilai ekspor Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan Oktober 2018 mengalami penurunan hingga mencapai 95,73 persen yakni sebesar US$ 1.856.372 apabila dibandingkan dengan nilai ekspor pada bulan September 2018 yaitu sebesar US$ 43.504.228.

“Penurunan nilai ekspor di NTB ini terjadi karena tidak ada ekspor pada barang tambang dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sama sekali” jelas Kepala Badan Pusat Statistika Provinsi NTB, Suntono, Kamis (15/11/2018).

Dari data rilis yang disampaikan, ia juga memaparkan data ekspor yang dikirim ke beberapa negara. Nilai ekspor tertinggi pada bulan Oktober 2018 diduduki oleh Hongkong dengan persentase 54,60 persen. Kedua yaitu Australia dengan persentase sebesar 20,78 persen, kemudian disusul oleh Amerika dengan presentase sebesar 12,34 persen.

Jenis barang ekspor tertinggi di Provinsi NTB pada bulan Oktober 2018 ialah perhiasan atau permata dengan nilai US$ 1.392.071 atau sebesar 74,99 persen. Kemudian barang garam, belerang, dan kapur dengan nilai US$ 191.974 atau sebesear 10,34 persen. Selanjutnya ikan dan udang yakni bernilai US$ 105.519 atau sebesar 5,68 persen. Lalu barang biji-bijian berminyak dengan nilai US$ 80.750 atau sebesar 4,35 persen.

- Advertisement -

Sebaliknya, untuk nilai impor di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan Oktober 2018 justru mengalami kenaikan hingga 159,69 persen dengan nilai US$ 34.704.246 jika dibandingkan dengan nilai impor bulan September 2018 yang bernilai US$ 13.368.344.

Berdasarkan data rilis BRS, Sebagian besar impor yang dilakukan berasal dari Finlandia sebesar 59,14 pesen, kemudian Thailand sebesar 14,34 persen, dan dari Malaysia sebesar 6,60 persen.

Jenis barang impor dengan nilai tertinggi ialah mesin atau peralatan listrik yakni sebesar 40,33 persen, kedua yaitu mesin-mesin atau pesawat mekanik sebesar 24,87 persen, ketiga adalah gula dan kembang gula sebesar 14,34 persen, dan keempat ialah bahan bakar mineral sebesar 6,74 persen.

“Ketika impor barang modal kita itu besar maka itu menjadi potensi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang,” Terang Suntono. (IL4)

- Advertisement -

Berita Populer