25.5 C
Mataram
Rabu, 24 April 2024
BerandaBerita UtamaEPPIC: Kompetisi Tingkat ASEAN untuk Atasi Sampah Plastik

EPPIC: Kompetisi Tingkat ASEAN untuk Atasi Sampah Plastik

 

Salah satu kegiatan Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 di Mandalika (Inside Lombok/ist)

Lombok Tengah (Inside Lombok) –UNDP Indonesia melalui project Sekretariat TKN PSL dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum menggelar Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021; sebuah kompetisi di tingkat ASEAN yang mengajak para inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. Sepuluh finalis terpilih, dari berbagai negara seperti Indonesia, Singapura, dan Vietnam, pada kompetisi ini akan mengikuti sesi Inkubasi yang diadakan dari Oktober hingga Desember 2021.

Salah satu agenda dalam tahap Inkubasi ini adalah kunjungan lapangan mulai 1-4 November ke Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Di mana finalis dapat mengamati secara langsung situasi pencemaran plastik di wilayah tersebut, dan menguji apakah inovasi mereka dapat menjawab permasalahan polusi plastik di Mandalika.

“Dari target pengurangan 70% sampah laut di tahun 2025, kita sudah berhasil mengurangi sebesar 15,3 persen pada tahun 2020. Sebagai bagian dari strategi RAN PSL yaitu mendorong gerakan untuk melibatkan publik dalam melahirkan inovasi penanganan sampah plastik di laut termasuk melalui kerja sama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaannya di mana salah satunya dengan mengadakan kompetisi EPPIC. Penyelenggaraan EPPIC diharapkan dapat memberikan ide-ide inovatif yang teruji di lapangan, sehingga dapat direplikasi dan digunakan secara luas di Indonesia nantinya,” Ujar Ahmad Bahri selaku Project Coordinator Sekretariat TKN PSL, UNDP.

- Advertisement -

Sampah plastik masih menjadi masalah yang sukar dipecahkan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018 memperkirakan sekitar 0,26 – 0,59 juta ton plastik ini mengalir ke laut. Indonesia pun dinobatkan sebagai negara penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jambeck pada tahun 2018.

Kondisi mengkhawatirkan ini berusaha dientaskan oleh Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) yang menargetkan penurunan 70 persen total sampah laut Indonesia pada tahun 2025. Eksekusi RAN PSL dijalankan oleh Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) yang dikomandoi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

EPPIC menargetkan untuk mengurai masalah sampah pencemaran plastik di wilayah pesisir. Selama kunjungan, finalis akan membuat pemetaan, sketsa bisnis, pengambilan keputusan, peluncuran prototipe, dan pengujian.

Kegiatan ini juga melibatkan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, peneliti, organisasi kemasyarakatan, pegiat lingkungan hidup, dan komunitas peduli lingkungan sebagai pemateri sekaligus pendamping.

Mandalika kemudian dipilih karena potensi peningkatan volume sampah dari pembangunan infrastruktur dan aktivitas wisata yang terus bertumbuh sangat besar. Sejumlah lokasi seperti Pusat Pengolahan Sampah Batunyala, landfill Pengengat, dan Sirkuit Internasional Mandalika telah dikunjungi sebagai sarana studi pengolahan sampah pada fasilitas-fasilitas tersebut.

Selain itu, dibuka juga forum diskusi bersama komunitas lokal seperti Plastik Kembali, Bank Sampah NTB Mandiri, dan Geo Trash Management yang juga akan menambah pengetahuan finalis yang lebih mendalam untuk memahami konteks kedaerahan dalam menyusun perencanaan pengelolaan sampah plastik yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

“Potensi pariwisata di NTB itu sangat besar, terutama di Mandalika. Kita ingin pariwisata NTB naik kelas. Salah satu caranya adalah mengatasi sampah plastik ini. Maka dari itu kami sangat berterima kasih sekali dengan kompetisi EPPIC. Kami berharap ide-ide para inovator dapat segera kami jalankan,” ujar Baiq Eva Nurcahya Ningsih selaku Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi NTB.

Kompetisi EPPIC diharapkan dapat menelurkan ide-ide yang dapat menguatkan ekonomi sirkular produk plastik di Indonesia. Selain itu, pemenang dari kompetisi diharapkan dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan-kegiatan ini, serta berjejaring dengan penggiat sampah plastik lainnya baik di wilayah Indonesia, maupun ASEAN.

“Kami mengajak semua finalis untuk terus berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan dan pengurangan sampah plastik di alam. Dengan dukungan dari banyak pihak, utamanya pemerintah, masyarakat, dan organisasi internasional, kami yakin EPPIC dapat membantu menguraikan masalah serta membantu mengurangi sampah di laut secara signifikan,” tutup Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar.

- Advertisement -

Berita Populer