27.5 C
Mataram
Rabu, 24 April 2024
BerandaBerita UtamaLebih dari Seratus Kasus, Kekerasan Perempuan Masih Marak di Lotim

Lebih dari Seratus Kasus, Kekerasan Perempuan Masih Marak di Lotim

Lombok Timur (Inside Lombok) – Maraknya angka kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Lombok Timur, membuat Lotim menjadi salah satu daerah penyumbang terbanyak angka kekerasan di NTB.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan DP3AKB Lotim, Fathiyah Mengatakan, banyaknya kekerasan terhadap perempuan, baik itu kekerasan fisik dan psikis membuat Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menjadi kabupaten paling tinggi angka kekerasan terhadap perempuan di NTB.

“Pada tahun 2019 terdapat 117 kasus, dan pada tahun 2020 sebanyak 102 kasus. Itupun merupakan kasus yang terlapor,” ucapnya kepada Inside Lombok di ruangannya, Senin (08/03/2021).

Kasus yang masuk ke DP3AKB merupakan kasus yang terlapor. Kendati demikian, kata Fathiyah, masih banyak kasus di lapangan yang belum dilaporkan. Untuk itu, pihak DP3AKB menggandeng beberapa pihak untuk memantau keadaan yang sebenarnya di lapangan.

- Advertisement -

“Masih banyak yang belum dilaporkan, ini kan terkait kekerasan terhadap perempuan, meskipun ada yang sampai babak belur dipukul namun enggan untuk melapor dikarenakan masih cinta sama suaminya,” ungkapnya.

Adapun kekerasan terhadap perempuan yaitu kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan kekerasan seksual. Kekerasan ekonomi terhadap perempuan tersebut dalam artian perempuan yang mengalami penelantaran.

“Meminimalisir kekerasan tersebut, kita sudah buat 10 sekolah perempuan dan program kesetaraan gender,”katanya.

Sebanyak 13 sekolah yang dibangun di Lotim, 3 sekolah merupakan yang dibangun oleh LPSDM dan 10 sekolah dibangun oleh pihak DP3AKB. Sekolah tersebut dibangun pada wilayah yang banyak angka kasus stunting. Sekolah tersebut untuk melakukan pembinaan bagi para kaum perempuan yang mengalami kekerasan.

“Di sekolah itu kita lakukan pendekatan terhadap korban kekerasan perempuan. Seperti mantan TKW, istri TKI, perempuan yang menikah di usia anak, istri pertama dari poligami dan korban KDRT,” imbuhnya.

Pada peringatan Hari Perempuan Internasional ini, Fathiyah berharap agar kasus kekerasan terhadap perempuan bisa diminimalisir dan juga kesetaraan gender bisa teratasi khususnya di Kabupaten Lombok Timur.

- Advertisement -

Berita Populer