26.5 C
Mataram
Kamis, 28 Maret 2024
BerandaBerita UtamaPermintaan Kolang Kaling Meningkat Selama Ramadan

Permintaan Kolang Kaling Meningkat Selama Ramadan

Lombok Barat (Inside Lombok) – Produksi kolang kaling rumahan di Dusun Tongkek, Desa Kuripan, Lombok Barat yang sudah puluhan tahun beroperasi secara turun temurun hingga saat ini. Selama bulan Ramadan ini, salah satu rumah produksi kolang kaling mengalami peningkatan permintaan hingga 50 kg per harinya.

Produksi kolang kaling di rumah Baiq Kaelani ini pun bisa mencapai 70 hingga 80 kilogram. Itu untuk tiga kali masak menggunakan drum dengan durasi memasak paling lama kurang lebih dua hingga tiga jam. Jumlah itu diakuinya jauh meningkt. Karena di luar Ramadan, biasanya mereka memproduksi hanya 15 hingga 20 kg.

“Bulan puasa ini permintaan meningkat bahkan bisa lebih dari 50 kg sehari. Itu diambil sama orang yang jualan ke pasar, sama banyak yang jualan es juga pas puasa ini” tuturnya, saat ditemui di kediamannya ketika tengah mengupas kolang kaling, Kamis (22/04/2021).

Untuk membantu mempercepat proses produksi itu pun, Kaelani turut berupaya memberdayakan para perempuan di sekitar rumahnya untuk membantunya mengupas kolang kaling yang sudah direbus. Ada lebih dari 10 orang perempuan di sekitar rumah produksi itu yang selalu membantu mengupas. Kemudian setelahnya, kolang kaling yang sudah dikupas itu pun diantarakan kembali ke rumah Kaelani.

- Advertisement -

“Banyak yang bantu kita ngupas, setelah dikupas mereka antar kembali ke sini. Mereka yang bantu ngupas ini kita kasih Rp 2.000 perkilo” ujarnya.

Kendati di bulan Ramadan ini adanya peningkatan permintaan, namun diakuinya saat ini harga kolang kaling justru tengah jatuh-jatuhnya. Di mana awalnya perkilogram kolang kaling harganya bisa mencapai Rp 15.000. Namun saat ini, harganya justru hanya bertahan di kisara Rp 10.000 ribu perkilogramnya.

“Ini karena pandemi, trus banyak juga produk kolang kaling yang datang dari luar daerah (Bali)” ungkap perempuan paruh baya, namun masih gigih bekerja ini.

Tetapi dia mengaku tidak gentar, karena produk kolang kaling miliknya kualitasnya tidak perlu diragukan. Mulai dari produksinya yang tidak menggunakan bahan pengawet ataupun kimia. Kemudian proses memasaknya yang menggunakan tungku tradisonal dengan bahan bakar sekam, guna untuk menghemat pengeluaran dan menghemat ketersediaan kayu.

Buah mentah dari kolang kaling yang diproduksinya ini justru diambil dari luar wilayah Kuripan, seperti Gunungsari. Yang biasanya buah mentah itu dibelinya dengan hitungan buah perpohon. Di mana saat ini harganya pun disebut mengalami peningkatan.

“Satu pohon biasanya Rp 150.000 sampai Rp 200.000, belum lagi biaya angkutnya. Biasanya sekali angkut itu Rp 60.000 sampai sini” beber Kaelani.

Namun sayang, produksi rumahan ini belum memiliki brand dan masih butuh perhatian lebih. Baik itu dari Pemerintah Desa (Pemdes) hingga Pemerintah Daerah (Pemda).

Produk kolang kaling rumahan ibu Kaelani ini suduah cukup dikenal luas oleh warga Lobar. Serta tidak menutup kemungkinan, dengan kualitas standar yang bisa tingikatkan, produk ini bisa tembus hingga luar daerah. Hal itu dapat terjadi jika ada pihak yang membantu pemasaran.

- Advertisement -

Berita Populer