30.5 C
Mataram
Selasa, 23 April 2024
BerandaBerita UtamaPutar Otak TPID Tekan Inflasi di NTB

Putar Otak TPID Tekan Inflasi di NTB

Mataram (Inside Lombok) – Inflasi NTB yang tercatat pada September 2022 secara year on year sebesar 6,84 persen, melampaui persentase nasional. Hal ini pun menjadi perhatian pemerintah, khususnya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB yang memutar otak agar lonjakan inflasi bisa ditekan.

Kepala Biro Perekonomian Setda NTB, H Wirajaya Kusuma menerangkan penyumbang inflasi di NTB saat ini dari sektor transportasi atas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dari kenaikan BBM ini terkerek dengan sendirinya yang otomatis ikut naik juga tarif angkutan kota, tarif pelabuhan ikut naik sebagai penyesuaian tarif.

“Mungkin antisipasi yang dilakukan pemerintah pusat memberikan subsidi transportasi sebesar dua persen dari dana transfer umum. Kemudian penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) BBM untuk memperkuat daya beli masyarakat,” ujar Wirajaya, Rabu (5/10.

Di sisi lain, melihat kenaikan angka inflasi ini, TPID NTB disebutnya bergerak cepat memantau kelompok volatile food atau komoditas pangan strategis. Komoditas ini merupakan kewenangan yang dimiliki atau dapat diintervensi pemerintah daerah. “Inilah ranah kita, tapi kalau kenaikan BBM, LPG, tarif dasar listrik dan lainnya ya itu kebijakannya pusat,” katanya.

- Advertisement -

Untuk diketahui, pada kelompok volatile food justru mengalami deflasi. Lantaran rutinnya digelar operasi pasar murah (OPM) ketika harganya melonjak tinggi beberapa waktu lalu sebelum naiknya harga BBM. TPID baik tingkat provinsi dan kabupaten/kota memastikan ketersediaan bahan pangan strategis ini mencukupi di dalam daerah.

“Meski deflasi perlu kita jaga juga, jangan sampai produsen pangan atau petani merugi karena harga anjlok. Perlu dijaga keseimbangannya, artinya ketika inflasi, tapi daya beli masyarakat tetap terjaga dengan baik,” imbuhnya.

Sebelumnya, berdasarkan data BPS NTB inflasi Gabungan Dua Kota Bulan September 2022 sebesar 1,01 persen terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada kelompok transportasi sebesar 7,48 persen. Dimana begitu tarif transportasi naik maka harga barang akan ikut naik.

“Penyumbang terbesar itu transportasi 7,4 persen karena sebelumnya angkutan udara sekarang malah deflasi dia. Bensin, solar, angkutan antar kota, kemudian harga oli dan mesin pelumas itu sudah naik. Itu yang menyebabkan penyumbang terbesar inflasi,” ungkap Kepala BPS NTB Wahyudin. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer