25.5 C
Mataram
Rabu, 17 April 2024
BerandaBerita UtamaTGB Menyerukan Generasi Muda ASEAN Junjung Semangat Moderasi

TGB Menyerukan Generasi Muda ASEAN Junjung Semangat Moderasi

Mataram (Inside Lombok) – Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat dua periode, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi menyerukan generasi muda dan masyarakat ASEAN untuk tetap menjunjung semangat moderasi dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 5.0.

“Semangat moderasi dalam menghadapi perubahan masyarakat digital atau revolusi industri five point zero (5.0) harus sudah ada di ASEAN,” ujar TGB, panggilan karib Tuan Guru Bajang, saat menjadi pembicara utama dalam acara seminar Internasional ASEAN Youth Conference 2019 Society 5.0. Connecting with Technology in A Society yang diprakarsai Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Asia Pacific University, Kuala Lumpur, Malaysia dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan di Mataram, Minggu.

Ketua Umum Dewan Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (DT PBNW) itu merinci sejarah terbentuknya ASEAN yang berdiri pada 8 Agustus 1967.

“Apa yang unik dari ASEAN? Yang mungkin sebagian besar besar dari kita justru lupa, yaitu organisasi ini adalah organisasi regional yang paling stabil dalam eksistensinya. Berdiri di sekitaran periode pertengahan perang dingin dan di tengah pergolakan Perang Vietnam,” ucap TGB.

- Advertisement -

Selain itu Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) cabang Indonesia ini menyatakan bahwa ASEAN tidak mengalami perubahan tulang punggung manifesto, seperti organisasi regional lainnya.

“ASEAN tetap berdiri teguh pada Deklarasi Bangkok dengan mengedepankan ‘The ASEAN Way’ yang berpegang teguh pada norma kultural atau budaya luhur bangsa Asia Tenggara dalam menghadapi berbagai tantangan, baik global ataupun regional. ASEAN berdiri tegak di tengah berbagai badai politik,” jelasnya.

Ia mengungkapkan, rahasia ASEAN tetap teguh berdiri hingga sekarang adalah salah satu budaya luhur masyarakat ASEAN yang terus dipelihara. Budaya itu biasa kita sebut dengan gotong royong.

“Apa yang menjadi pokok dari budaya luhur bangsa Asia Tenggara itu? Dalam bahasa Indonesia, dikenal sebagai gotong royong. Esensi gotong royong tak lain dan tak bukan adalah kolaborasi,” katanya.

Dalam proses kolaborasi itu, lanjutnya, terjadilah proses alamiah dari para pihak yang terlibat di dalamnya yang akan terus menerus mencari apa yang disebut sebagai jalan tengah dimana perbedaan dimaknai sebagai kekhasan, ciri unik, atau DNA yang tidak perlu dilenyapkan.

“Perbedaan adalah khasanah keberagaman yang menyatu menjadi rasa pertanggungan-jawab kolektif atas kemajuan atau kemunduran bersama. Maka intisari dari gotong royong itu adalah moderasi. Jika kita kembali kepada ASEAN, tentulah moderasi adalah modal politik terbesar kita sebagai ‘bangsa regional’ dengan ciri khas masing-masing warga bangsa pada tiap-tiap negara di dalamnya,” katanya. (Ant)

- Advertisement -

Berita Populer