25.5 C
Mataram
Jumat, 29 Maret 2024
BerandaUncategorizedDispar: Robohnya Bale Kambang Menjadi Daya Tarik Wisata

Dispar: Robohnya Bale Kambang Menjadi Daya Tarik Wisata

Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, robohnya cagar budaya Bale Kambang di Taman Mayura, Kecamatan Cakranegara, ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke kota ini.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, I Made Swastika Negara di Mataram, Kamis, mengatakan, robohnya Bale Kambang mengundang rasa penasaran wisatawan melihat langsung kondisi di lapangan

“Jadi ini musibah tapi ‘seksi’, karena menarik kunjungan wisatawan datang ke Mataram,” tambahnya.

Ia menyebutkan, setelah beberapa hari sejak robohnya Bale Kambang pada Sabtu (14/12), wisatawan dari Bali datang bahkan baru-baru ini datang satu bus rombongan dari Bali untuk melihat langsung kondisi Bale Kambang setelah roboh diterjang angin kencang.

- Advertisement -

“Untuk angka riilnya, jumlah kunjungan wisatawan ke Mataram saat ini masih dilakukan pendataan. Jadi kami belum bisa sebut jumlahnya,” ujar Swastika Negara.

Sementara menyinggung tentang revitalisasi Bale Kambang, Kadispar mengatakan, hingga saat ini informasi secara resmi hasil asesmen kerusakan Bale Kambang oleh tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Denpasar-Bali, belum diterima.

Namun demikian, pemerintah kota sudah meminta agar pemerintah bisa memberikan prioritas terhadap revitalisasi Bale Kambang karena merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan.

“Dalam kegiatan revitalisasi nanti, pemerintah kota juga telah mengusulkan agar Bale Kambang dikembalikan pada bangunan sebelumnya yakni dengan menggunakan atap ijuk untuk mempertahankan nilai-nilai sejarah,” jelasnya.

Seperti halnya yang telah disampaikan oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang bahwa Pemerintah Kota Mataram, berharap agar kegiatan revitalisasi Bale Kambang di Taman Mayura, Kecamatan Cakranegara, yang roboh diterjang angin kencang dapat dikembalikan ke bentuk semula.

“Salah satunya pada bagian atap yang harus tetap menggunakan ijuk, agar nilai-nilai sejarahnya juga bisa betul-betul di kembalikan,” katanya.

Menurutnya, sekitar tahun 2005 Bale Kambang sudah dilakukan revitalisasi untuk penggantian atap dari ijuk menjadi genting, sehingga bebannya menjadi berat dan tidak mampu bertahan ketika terjadi angin kencang.

“Karena itu, harapannya sebelum dilakukan renovasi ada dialog antara pemerintah kota dengan Balai Cagar Budaya untuk memastikan pembangunannya kembali sesuai dengan keasliannya,” ujarnya. (Ant)

- Advertisement -

Berita Populer