Lombok Tengah (Inside Lombok) – Ketua Dekranasda NTB, Sinta Agathia M Iqbal, menekankan pentingnya pembangunan pariwisata yang inklusif dan aman bagi semua pihak dengan memahami peran gender secara tepat. Hal itu disampaikan dalam seminar di Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok pada Rabu (17/11).
Sinta menegaskan bahwa perbedaan gender bersifat saling melengkapi dan dapat menjadi aset dalam pembangunan sektor wisata. “Perbedaan karakter maskulin dan feminin itu nyata, tapi bukan kelemahan. Itu aset. Kalau dikelola bersama, hasilnya jauh lebih baik untuk pariwisata,” ujarnya.
Ia juga menyoroti fenomena catcalling yang dinilai mengganggu kenyamanan perempuan di ruang publik wisata. “Fenomena catcalling ini nyata. Ini membuat perempuan tidak nyaman, dan itu mempengaruhi citra wisata kita,” tegasnya.
Menurutnya, keamanan di destinasi wisata harus menjadi tanggung jawab bersama. Ia menekankan bahwa pakaian perempuan tidak boleh dijadikan alasan untuk mengganggu. “Jangan merasa bebas melakukan apa saja. Saling menjaga itu kewajiban semua pihak, supaya siapa pun merasa nyaman di objek wisata,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya memperhatikan aspek teknis seperti pencahayaan, akses jalan, dan fasilitas umum sebagai bagian dari upaya menciptakan ruang wisata yang ramah perempuan. Sinta menilai kesempatan berkarir di industri pariwisata terbuka bagi semua, baik perempuan maupun laki-laki. Ia juga menyoroti perkembangan kawasan Kuta Mandalika yang dinilai potensial dan perlu memiliki identitas khas daerah.
“Kita ingin Kuta Mandalika yang punya identitas NTB sendiri. Kita tidak mau hanya meniru,” jelasnya.
Ia menambahkan, pemahaman mengenai kesetaraan gender harus ditempatkan secara proporsional. “Kalau perempuan dinasehati jangan pulang larut malam, jangan langsung dianggap merendahkan. Ini soal keamanan, bukan soal melemahkan,” katanya. Pernyataan tersebut menutup ajakannya untuk membangun lingkungan wisata yang aman, nyaman, dan saling menghormati.

