Lombok Utara (Inside Lombok) – Inovasi pertanian yang dikembangkan Ukhuwah Datu Nusantara (UDN) di Lombok Utara mendapat apresiasi dari Gubernur NTB dan masuk sebagai unggulan dalam Innovative Government Award (IGA) 2025. Inovasi ini menggabungkan sistem tumpang sari tanaman kurma dan Sacha Inchi di lahan kering untuk mendorong keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Direktur Utama Ukhuwah Datu Nusantara, Suharman, mengatakan inovasi tersebut berkontribusi mewujudkan NTB sebagai salah satu provinsi terdepan dalam inovasi nasional. Sistem tumpang sari ini memungkinkan petani memperoleh penghasilan lebih cepat sambil menunggu masa panen kurma.
“Dengan adanya Sacha Inchi di celah pohon kurma, produksinya sudah bisa dimulai dari bulan ke-7. Artinya, setiap minggu dan setiap bulan, petani yang menanam kurma sudah mulai mendapatkan penghasilan sambil menunggu panen kurma,” ujarnya.
Ia menjelaskan, hasil panen Sacha Inchi telah memiliki kepastian pasar melalui kontrak kerja sama dengan pabrik pengolahan selama 15 hingga 20 tahun. Skema tersebut melibatkan petani secara langsung sebagai bagian dari rantai hilirisasi produk.
UDN juga menerapkan sistem kerja sama atau pola bagi hasil yang disebut Nyakab oleh masyarakat pemilik lahan. Melalui skema ini, lahan tetap menjadi milik masyarakat, sementara keuntungan diperoleh dari hasil kebun.
“Dengan metode kerja sama ini, martabat masyarakat terjaga karena tanahnya tidak harus dijual. Secara finansial, mereka juga tetap mendapatkan keuntungan dari hasil kebunnya,” terangnya.
Selain hasil panen utama, Sacha Inchi juga dikembangkan menjadi produk turunan yang masuk kategori super food, seperti kurcoki yang merupakan olahan kurma, cokelat, dan Sacha Inchi. Untuk pengembangan skala besar, UDN menargetkan ekspor minyak Sacha Inchi ke Malaysia dan Taiwan pada 2027, dengan dukungan pabrik pengolahan di Dompu.
“Kedepannya, jika kuota produksi di Pulau Lombok mencapai 2.000 hektare, pabrik pengolahan Sacha Inchi akan didirikan secara permanen di Lombok Utara,” jelasnya.
Sementara itu, Pendiri Ukhuwah Datu Nusantara, Arif Munandar, menyebut apresiasi tersebut menjadi tanggung jawab besar bagi seluruh penggiat UDN. “Penghargaan ini bisa kita kataka jadi beban berat. Penghargaan itu bukan sesuatu yang kita banggakan, tapi harus dipikul amanahnya. Nanti ini akan dipikul di pundak seluruh penggiat Ukhuwah Datu Nusantara,” ujarnya.

