Mataram (Inside Lombok) – Tingkat hunian hotel di Kota Mataram pada akhir tahun 2025 tercatat berada di kisaran 70 persen. Okupansi tersebut diperkirakan tidak mengalami peningkatan hingga pergantian tahun seiring aktivitas kerja yang mulai kembali berjalan.
Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) I Made Adiyasa mengatakan, okupansi hotel di Kota Mataram sejak 25 hingga 28 Desember berada pada angka rata-rata 70 persen. “Mataram rata-rata ya 70 persen lah. Ini sampai tanggal 25-28 bisa 70 persen,” ujarnya, Senin (29/12) siang. Ia memprediksi angka tersebut tidak akan bertambah hingga akhir tahun. “Kelihatanya stag ya. Soalnya sudah mulai masuk kerja,” katanya.
Adiyasa menyebutkan, dibandingkan dengan akhir tahun 2024, okupansi hotel tahun ini mengalami penurunan. Pada periode yang sama tahun lalu, tingkat hunian hotel cenderung lebih tinggi disertai kenaikan harga kamar. “Kalau tahun ini saya lihat teman-teman masih jualan dengan harga normal dan relative kamar yang masih banyak,” ujarnya.
Ia menilai penurunan okupansi dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat, yang terlihat dari dominasi tamu lokal. “Rasionalisasi anggaran liburan yang terjadi sekarang ini,” katanya. Selain itu, minimnya kegiatan atau event yang digelar pemerintah juga dinilai berpengaruh. “Ayo pemerintah juga gelar kegiatan,” ujarnya.
Menurut Adiyasa, upaya promosi saat ini lebih banyak dilakukan oleh pelaku perhotelan secara mandiri, sementara dukungan promosi dari pemerintah masih terbatas. “Promosi sendiri ini. Tidak bisa kita saling tunggu ini,” katanya. Meski keterbatasan anggaran diakui menjadi kendala pemerintah daerah, ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk meningkatkan okupansi. “Dispar memang diperhitungkan cara paling optimal lah dengan anggaran yang ada,” katanya.
Penurunan tingkat hunian hotel, lanjutnya, tidak hanya terjadi di Kota Mataram, tetapi juga di sejumlah daerah wisata lainnya. Hal tersebut dipicu oleh kecenderungan masyarakat yang memilih berlibur di destinasi lokal di daerah masing-masing. “Mungkin saudara kita libur di Jawa saja,” tutupnya.

