28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaPendidikanTenda Kelas Ambruk, Guru di Lobar Ini Urunan Bangun Kelas Sendiri

Tenda Kelas Ambruk, Guru di Lobar Ini Urunan Bangun Kelas Sendiri

Lombok Barat (Inside Lombok) – Bangunan SD Negeri 1 Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat mengalami kerusakan parah saat gempa mengguncang Lombok beberapa bulan yang lalu, sehingga mengharuskan siswa-siswi belajar di dalam tenda sejak 2 bulan yang lalu. Namun, karena hempasan angin beserta hujan mengakibatkan tenda sekolah darurat roboh dan tidak bisa digunakan lagi.

Jumlah kelas yang menggunakan tenda pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 7 kelas, karena dilaporkan bahwa khusus kelas 4 merupakan kelas pararel. Total siswa-siswi yang belajar di tenda yaitu sebanyak 205 anak dan jumlah guru secara keseluruhan sebanyak 15 orang.

Salah satu guru SD Negeri 1 Selat, Armand, mengatakan bahwa keadaan sekolah hancur total dan sudah terdaftar merah oleh Dinas PU sebagai bangunan yang terdampak parah akibat gempa. Pihak sekolah sendiri masih menunggu dana bantuan dari pemertintah daerah.

“Sekolah ini sudah terdaftar merah 100 persen rusak dan rencananya akan segera dirobohkan tanpa terkecuali tapi masih belum ada kejelasannya dan untuk yang dari kedinasan tunggu anggaran tahun 2019, berarti masih lama,” jelasnya, Sabtu (3/11/2018).

Ia juga menjelaskan bahwa setelah tenda kelas darurat ambruk, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara berpindah-pindah. Biasanya siswa-siswi belajar di teras-teras sekolah dan beberapa tempat yang teduh.

Solusi dari pihak sekolah sementara ini adalah membuatkan sekolah darurat dengan menggunakan bahan baku bambu dan terpal. Rencananya, sekolah ini akan membangun sebanyak 7 kelas yang akan diberi sekat-sekat sebagai pembatas antar satu kelas dengan kelas lainnya.

Terkait dengan masalah dana, pihak sekolah SD Negeri 1 Selat melakukan pengeluaran iuran bersama baik dari para guru maupun para siswa. Bagi para guru, semuanya menyumbang masing-masing sebesar Rp 20.000. Sedangkan untuk siswa-siswi menyumbang sebesar Rp 10.000 per anak yang dikumpulkan kepada wali kelas dan didampingi oleh komite sekolah sebagai pengurus pembuatan sekolah darurat. Padahal mereka semua juga merupakan korban gempa yang saat ini sedang menunggu bantuan dari pemerintah.

“Dari pihak orang tua wali murid sendiri sudah setuju dengan pengeluaran iuran bersama ini karena sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak sebelumnya. Selain itu dari pihak sekolah sendiri juga tidak berani asal memungut dana dari anak-anak apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini,” ujar Armand.

Para siswa sangat menyayangkan akan ambruknya tenda sekolah darurat ini karena sudah tidak bisa belajar seperti biasa lagi. Akan tetapi saat ini, sekolah sedang melakukan pembangunan sekolah darurat secepat mungkin agar siswa-siswi dapat belajar lebih nyaman. (IL4)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer