28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaUncategorizedGempa Lombok Mempengaruhi Industri Pariwisata di NTB

Gempa Lombok Mempengaruhi Industri Pariwisata di NTB

Mataram (Inside Lombok) – Gempa yang terjadi beberapa bulan yang lalu di Lombok mengakibatkan beberapa industri pariwisata nasional mengalami kerugian. Sebagian besar wisman membatalkan kunjungan ke Lombok bersamaan dengan dikeluarkannya Travel Advice dari beberapa negara.

Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Mohammad Faozal, melihat bahwa gempa yang melanda beberapa bulan yang lalu mempengaruhi industri pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB). Biasanya jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang kerap berkunjung ke NTB sekitar 100 ribu pengunjung.

Faozal juga menjelaskan bahwa pariwisata di NTB berada dalam masa pemulihan dan percaya jika NTB bisa bangkit secepatnya jika tetap bekerjasama dengan seluruh stakeholder. Selain itu, upaya yang saat ini dilakukan adalah untuk meyakini dunia bahwa NTB sudah aman untuk dikunjungin atau bahkan ditempati kembali.

“Walaupun itu bukan perkara yang mudah tetapi dengan dukungan seluruh stakeholder, semoga masa pemulihan ini cepat terselesaikan,” ujar Faozal.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke NTB sendiri melalui pintu masuk Bandara Internasional Lombok pada bulan Agustus 2018 sebanyak 4.308 wisman dan di bulan September 2018 sebanyak 3.866 wisman. Sehingga tercatat penurunan dari bulan Agustus sampai September sebesar 10,26 persen.

“Wisman yang paling banyak berkunjung ke NTB itu dari Malaysia dengan persentase 36,70 persen kalau tidak terjadi gempa beberapa bulan yang lalu angka pengunjung dari negara ini bisa mencapai 5000 lebih,” jelas Kepala Bidang Statistik Distribusi, Ir. Lalu Putradi.

Berdasarkan data rilis dari BPS Provinsi NTB, posisi kedua negara asal wisman yang paling banyak mengunjungi NTB adalah Cina dengan persentase 9,78 persen. Posisi ketiga adalah Jerman dengan persentase 6,03 persen selanjutnya diikuti oleh Inggris dengan persentase 3,05 persen dan posisi kelima adalah Singapura dengan persentase 2,59 persen. (IL4)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer