31.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaUncategorizedWarga Dasan Agung Lakukan Tradisi Rebo Bontong

Warga Dasan Agung Lakukan Tradisi Rebo Bontong

Mataram (Inside Lombok) – Sebagian wilayah yang ada di Lombok pada hari Rabu (7/11/1018) melakukan acara tradisi temurun yang bernama Rebo Bontong. Salah satu wilayah yang menyelenggarakan kegiatan itu ialah warga Dasan Agung, Kecamatan Mataram, Kota Mataram.

Acara tersebut diadakan di sepanjang Kali Jangkuk, Kelurahan Dasan Agung area lingkungan Pejeruk, tepat di sebelah barat Jembatan Dasan Agung. Sebagian besar warga yang hadir merupakan warga Dasan Agung sendiri hingga ratusan orang dan beberapa warga dari daerah lain karena kegiatan ini merupakan acara bebas masyarakat.

“Yang turut hadir tentunya warga Dasan Agung ditambah lebih dari 30 orang warga dari luar Dasan Agung yang kebetulan lewat di sekitar Kali Jangkuk karena lokasi acara kami posisikan di sana agar bisa dilihat oleh masyarakat yang bukan berdomisili di Dasan Agung,” ujar Huda, selaku seksi acara Rebo Bontong di Dasan Agung, Rabu (7/11/2018).

Berdasarkan daftar rangkaian acara dari panitia, Rebo Bontong sebenarnya dimulai pukul 14.00 WITA. Namun, karena terkendala oleh hujan yang mengguyur daerah Dasan Agung, maka ada beberapa acara yang tidak jadi terlaksanakan. Sehingga, pukul 14.00 sampai pukul 15.30 WITA warga melakukan akustikan sembari menikmati wisata kuliner dari para remaja Dasan Agung yang memiliki UKM.

Selanjutnya pada pukul 16.30 WITA, Hadrah Mahabbaturrasul menyumbangkan sebuah hiburan. Kemudian disusul dengan sambutan ketua panitia acara sekaligus melepas bebek yang akan ditangkap (Dukep Bebek) dan ditutup oleh beberapa kegiatan.

“Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari Hadrah sebagai penutup sembari menikmati wisata kuliner dari UKM rekan-rekan Pemuda Dasan Agung hingga acara selesai sekitar pukul 18.00 WITA,” lanjut Huda.

Acara Rebo Bontong atau Mandi Shafar ini merupakan acara turun temurun dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi ini diyakini dapat menolak bencana, penyakit, bisa mendatangkan rezeki dan sebagainya. Namun, banyak juga dari masyarakat yang menolak tradisi ini karena dianggap syirik oleh ajaran agama Islam.

Menurut panitia acara Rebo Bontong di Dasan Agung ini, memang sebagian besar ajaran nenek moyang tergolong syirik karena meminta selain kepada Allah SWT. Sehingga, panitia memutuskan bahwa sebagai para penerus tradisi ini harus merubah niat dan menetapkan untuk meneruskan tradisi tersebut dengan niat memohon kepada Allah SWT.

Panitia juga tidak ingin memastikan mana yang benar dan salah. Namun, panitia acara mengemas dan mengajak masyarakat melalui Rebo Bontong ini untuk bersama-sama berdoa serta memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala hal-hal yang negatif. Seperti bencana, penyakit, dan lainnya melalui perantara air yang diguyur ke seluruh tubuh (mandi). Contohnya juga seperti berdoa untuk kesembuhan melalui perantara dokter.

“Sampai saat ini kami masih belum bisa memastikan tradisi ini benar atau salah tapi yang jelas niat dari panitia di lokasi kami tadi tidak ada kesyirikan karena acara dikemas dengan acara shalawat yang dipimpin oleh Kelompok Kesenian Hadrah,” jelas Huda. (IL4)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer