Jakarta (Inside Lombok) – Psikolog Dr Seto Mulyadi mendorong para orang tua menerapkan cara GEMBIRA kepada anak-anak yang merupakan kepanjangan dari gerak, emosi cerdas, makan dan minum sehat, beribadah di rumah, istirahat, rukun dan aktif berkarya selama karantina menghadapi COVID-19.
“Marilah kita temukan kekuatan untuk terus bisa bertahan saat ini, sementara pemerintah menganjurkan kita selalu berada di rumah saja,” katanya dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, GEMBIRA menjadi salah satu cara yang bisa menumbuhkan energi positif untuk diterapkan selama masa di rumah saja mengantisipasi penyebaran wabah virus corona.
Psikolog yang akrab disapa Kak Seto itu memaparkan selama masa kampanye di rumah saja, masyarakat didorong untuk tetap bergerak, di antaranya berolahraga, melakukan pekerjaan rumah seperti menjaga kebersihan rumah.
Selama masa karantina atau menjauhkan diri dari lingkungan sosial sementara, ia mengungkapkan memang manusia bisa emosi tetapi harus dilakukan dengan ceras khususnya kepada anak-anak.
“Emosi boleh, marah boleh tapi marah yang ceras tidak banting piring, atau membanting pintu atau menyebut koleksi kebun binatang, tapi ungkapan tanpa merusak persahabatan dengan putra putri tercinta,” katanya.
Berikutnya, makan dan minum yang sehat dan bergizi untuk kesehatan keluarga, kemudian beribah atau berdoa dari rumah serta melakukan istirahat sekaligus memperbaiki kondisi tubuh yang selama ini terlalu lelah dalam bekerja.
Selain itu, rukun sekaligus ramah menjadi momentum untuk ditingkatkan kembali bersama keluarga dengan ungkapan kasih sayang.
Terakhir, ia menganjurkan untuk tetap aktif berkarya misalnya melukis, menggambar, memasak atau melakukan kegiatan yang memancing kreatifitas.
“Mudah-mudahan dengan kegembiraan, kita betul-betul merasa lebih kompak lagi dan tentu memposisikan diri sebagai artis serba bisa,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Kak Seto juga mendorong masyarakat memanfaatkan kesempatan bersama keluarga menemukan kembali keharmonisan, komunikasi dan mempererat kebersamaan yang selama ini terlupakan.
“Ayah dan bunda juga menjadi sahabat bagi anak, beralih menjadi guru yang menciptakan suasana belajar yang nyaman,” ujanya. (Ant)