28.5 C
Mataram
Selasa, 26 November 2024
BerandaKesehatanAda Bayi Usia Dua Tahun, Bupati Lombok Barat: Bayangkan Bagaimana Susahnya

Ada Bayi Usia Dua Tahun, Bupati Lombok Barat: Bayangkan Bagaimana Susahnya

Mataram (Inside Lombok) – Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang ditandatangani Sekretaris Daerah H. Lalu Gita Ariadi kemarin (11/4/2020) membuat semua pihak kaget, tidak terkecuali Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid.

Dengan wajah pucat pasi, Bupati menyebutkan ada 2 (dua) orang tambahan pasien yang diyatakan positif di Kabupaten Lombok Barat. Keduanya adalah pasien dengan nomor 27 atas nama HW (laki-laki 2 tahun) dan pasien nomor 30 atas nama RA (perempuan 51 tahun).

“Saya sangat kaget dan prihatin, bagaimana mereka dapat tertular Covid 19 itu?, terutama dengan bayi yang baru berusia 2 tahun?,” tanya Fauzan prihatin.

Fauzan membayangkan bagaimana susahnya kalau akan meng-isolasi bayi usia 2 tahun dalam kondisi seperti sekarang ini.

“Bayangkan bagaimana susahnya, pasti sangat rewel. Kasihan para tenaga kesehatan kita. Kalau nanti hasil rapid test ibunya negatif, saya tidak bisa bayangkan repotnya para perawat mengasuhnya. Saya pun tidak bisa bayangkan perasaan ibunya,” ujar Fauzan lirih.

Dengan bertambahnya positif Covid 19, Fauzan mengibaratkan perjalanan beberapa waktu ke depan akan lebih memprihatinkan.

“Semoga Allah Swt., menyelamatkan kita semua, tapi ini seperti fenomena gunung es. Kita tidak tahu bagaimana kondisi kita di hari-hari mendatang. Untuk itu kita akan terus pantau hasil tracking kontak, dari mana mereka bisa tertular dan dengan siapa kontak mereka. Bayangkan berapa kali tracking, karena ini seperti multi level, saling menyambung. Satu positif dari hasil tracking, maka harus tracking kontak lagi. Berapa biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk rapid test dan swab,” keluh Bupati.

Untuk itu, pihaknya meminta agar masyarakat harusnya bisa mematuhi anjuran pemerintah.

“Kita semua sudah banyak melakukan kesalahan dengan mengabaikan himbauan pemerintah, dokter, bahkan MUI,” sesal Fauzan.

Bagi Fauzan, Covid 19 di Lombok Barat bukan lagi ancaman, tapi sudah nyata ada sehingga ia sangat menyesalkan masih ada masyarakat yang menyepelekan himbauan pemerintah.

“Tidak saja lewat media televisi, koran, dan lainnya, bahkan tentara dan polisi sampai turun mengingatkan. Mereka itu unsur pemerintah. Saya pun setiap malam door to door ke masjid-masjid untuk menghimbau, ayo taati anjuran pemerintah, dokter, dan MUI. Mereka ini lembaga-lembaga yang memiliki otoritas dan kompeten untuk bicara soal Covid 19,” ketus Fauzan keras.

Untuk itu, pihaknya tidak akan undur sedikitpun untuk terus mengingatkan warga masyarakat, terutama dengan semakin berkembangnya potensi penularan akibat ketidak patuhan masyarakat yang masih saja berinteraksi dengan banyak orang, menciptakan kerumunan, dan tidak awas terhadap pencegahan. Bagi Fauzan, masyarakat tidak mau memahami karena merasa masih aman dari virus tersebut. Padahal siapa yang tahu seseorang telah tertular atau tidak lalu membiarkan dirinya berinteraksi dengan orang tersebut sampai kemudian ia merasakan gejala virus tersebut.

“Mari kita bahu membahu bekerja sama. Pemerintah saja tidak akan bisa menghadapi bencana ini sendirian. Ini menyangkut pola hidup masyarakat sehari-hari. Contoh kasus, masih banyak warga berkerumun di masjid, pasar, atau jalan tanpa melindungi diri dengan masker,” himbau Fauzan.

Terkait dengan temuan pasien positif yang terakhir, Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan Lombok Barat, Ahmad Taufiq Fatoni dihubungi lewat telpon, Ahad (12/4/2020) memastikan pihaknya langsung melakukan penelusuran riwayat kontak dari dua pasien tersebut.

“Kami tetap melaksanakan kontak tracking untuk dua kasus yang positif itu, termasuk orang tua pasien. Hari ini tim Puskesmas Penimbung dan Puskesmas Meninting lagi melakukan kontak tracking,” terang Toni sambil memastikan untuk rapid test akan dilakukan keesokan harinya.

Namun khusus untuk pasien nomor 27, Toni berpendapat bahwa anak-anak memang lebih rentan tertular Covid 19 karena daya tahan tubuhnya baru terbentuk.

“Sesuai prosedur dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, untuk kasus Covid pada anak yang sakit pneumonia berat akan langsung dimasukkan dalam PDP agar bisa langsung pemeriksaan Swab,” terang Toni.

Demikian pula halnya dengan hasil rapid test reaktif yang didapatkan pihaknya kemarin di Kecamatan Lingsar, ada 4 (empat) orang yang saat ini sedang dirujuk ke RSUD Patut Patuh Patju untuk pemeriksaan Swab.

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer