Jakarta (Inside Lombok) – Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan prediksi berbagai kalangan yang menyebutkan bahwa kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia akan terjadi secara ekstrem, tidak terbukti.
Muhadjir dalam konferensi pers secara virtual dari Jakarta, Jumat, mengatakan hingga 7 Mei 2020, laju kasus COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan tren menurun. Di sisi lain, jumlah pasien positif virus corona yang sembuh menunjukkan kenaikan.
“Kita bersyukur bahwa ternyata prediksi bahwa kasus di Indonesia akan tumbuh secara eksponensial yang sangat ekstrem tidak terjadi, karena angka kasus kita rata-rata masih relatif rendah,” kata Muhadjir dalam konferensi pers virtual yang digelar dari Kantor Presiden, Istana Kepresidenan Jakarta itu.
Pertumbuhan angka kasus positif COVID-19, ujar dia, setiap hari terus melandai. Pertumbuhan tertinggi per hari pun tidak pernah melewati 500 kasus. Berbeda dengan beberapa negara di Asia, atau bahkan Eropa.
Dia mencontohkan Singapura yang pernah mencatatkan penambahan kasus hingga 1.400 kasus positif dalam satu hari.
“Kemudian untuk kesembuhan semakin tinggi di Indonesia yaitu sudah mendekati 300 kasus per hari. Kemudian untuk angka kematian juga landai, tidak ada penambahan yang cukup drastis,” katanya.
Di ASEAN, kata Muhadjir, Indonesia memang berada pada urutan kedua tertinggi sebagai negara dengan kasus positif terinfeksi corona. Namun, Muhadjir meminta perbandingan dilakukan menyeluruh, dan turut melihat rasio yang membandingkan jumlah kasus positif dengan jumlah penduduk di masing-masing negara.
“Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, tentu saja sebetulnya angka (kasus COVID-19) ini tidak terlalu istimewa karena jumlah penduduk Indonesia adalah 263 juta dibanding dengan Filipina yang 110 juta penduduk, apalagi Singapura yang sekitar enam juta penduduk,” ujarnya.
Di Indonesia, berdasarkan peta kasus COVID-19 per 7 Mei dari data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, total ada 12.776 kasus positif, 2.381 orang sembuh, dan 930 orang meninggal dunia.
Kemudian, 243.455 orang dalam pemantauan (ODP) dan 28.505 pasien dalam pengawasan (PDP). (Ant)