Lombok Timur (Inside Lombok) – Tembok Pemakaman Umum Selong ambruk pada hari Rabu sore (28/11/2018). Ambruknya tembok ini disebabkan akibat pembangunan drainese sejak beberapa bulan yang lalu.
Salah seorang warga Selong, Ardany Zulfiqar, menyebutkan bahwa selain merusak tembok, ada sekitar 50 makam yang mengalami kerusakan. Banyak makam-makam yang rusak hingga ke bagian dalam.
“Banyak kuburan yang rusak sampai terlihat kain kafannya,” ujar Ardany, Kamis (29/11/1018)
Menurutnya, kerusakan besar itu terjadi karena drainase di wilayah Selong. Drainese tersebut ialah suatu proyek yang dibangun pemerintah provinsi sebagai salah satu solusi bagi pemerintah untuk menormalkan saluran air.
“Drainase dibuat baru beberapa bulan yang lalu dan saat ini belum serah terima. Infonya itu adalah proyek normalisasi saluran punya pemprov,” terangnya.
Ia memperkirakan untuk saat ini lebar drainase tersebut sekitar 80 sentimeter dengan ketinggian kurang lebih mencapai 1,5 meter.
Namun, proyek tersebut tidak disambut baik oleh masyarakat setempat. Ardany mengungkapkan bahwa sejak awal manyarakat kerap protes akan diadakannya pembangunan drainese ini karena parit di pinggir jalan menjadi semakin sempit.
“Sejak awal masyarakat sekitar sudah protes karena ukuran parit dipersempit dan tidak seperti ukuran semula yang memang lebih lebar,” lanjut Ardany.
Karena ketika hujan besar berlangsung, parit tersebut tidak mampu menampung air hujan sehingga bisa merobohkan tembok pemakaman tersebut. Padahal sebelumnya tidak pernah ada kejadian air parit meluap di kawasan tersebut.
Faktor lain yang disesalkan warga setempat yaitu penutupan aliran air menuju saluran besar yang berada di belakang pemakaman umum atau di sebelah SMAN 1 Selong. Ardany melihat inilah yang menjadi titik fatalnya warga kesal dengan adanya drainese tersebut.
Untuk mengatasi kejadian tersebut, warga berniat untuk menjebol saluran parit menuju arah belakang pemakaman yang telah dibuatkan dengan beton pada hari Minggu (2/12/2018) mendatang.
Meskipun tidak diberi izin oleh camat, namun warga tetap ingin melaksanakannya agar menghindari hal yang sama.
“Warga bicarakan ini sebatas dengan pihak camat dan pemborongnya pada saat itu namun tetap akan dilakukan karena bisa dipastikan kalau hujan besar lagi akan terulang juga,” jelas Ardany.
Saat kejadian berlangsung, penanganan yang dilakukan warga hanya sebatas membersihkan reruntuhan saja. Sebab mereka belum tahu harus melakukan apa sebelumnya. Namun mereka sudah berencana untuk mengambil tindakan untuk mencegah hal serupa. (IL4)