Mataram (Innside Lombok) – Direktur Utama Rumah Sakit Umum Kota Mataram dr HL Heman Mahaputra mengatakan kegiatan swab COVID-19 secara massal yang telah direncanakan, untuk saat ini belum mendesak.
“Untuk saat ini kegiatan swab massal belum perlu sebab laporan kasus COVID-19 dari klaster lingkungan sudah ‘zero’,” katanya kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Pernyataan itu disampaikan menanggapi rencana dilakukannya swab massal untuk mendukung program penanganan COVID-19 berbasis lingkungan (PCBL), karena sebelumnya kasus dari klaster lingkungan banyak muncul.
Untuk melaksanakan swab massal tersebut, pihak RSUD Kota Mataram telah membeli dua unit alat tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR) mini dengan kapasitas 50 sample, dan PCR dengan kapasitas 300 sample senilai Rp5 miliar.
“Tapi dengan sudah tidak adanya kasus positif baru COVID-19 dari sejumlah lingkungan yang sebelumnya zona merah, rencana swab massal saat ini belum perlu. Jadi kondisional saja nanti,” ujarnya lagi.
Dengan demikian, lanjutnya, program PCBL yang berjalan saat ini cukup efektif menekan kasus positif COVID-19 dari klaster lingkungan.
“Yang menyumbang pasien positif baru COVID-19, karena munculnya pasien dalam pengawasan (PDP) yang berada di sejumlah rumah sakit di Kota Mataram dan sedang menjalani perawatan,” katanya.
Sementara untuk klaster lingkungan, dari hasil laporan sejumlah camat menyebutkan, sejumlah lingkungan yang sebelumnya berstatus zona merah karena ditemukan banyak kasus kini sudah nol kasus.
“Seperti Paneraga dan Pelembak, sekarang sudah ‘zero’ kasus COVID-19,” katanya lagi.
Dengan demikian, alat PCR yang sudah beli dioptimalkan untuk swab PDP yang berada di sejumlah rumah sakit dan di Wisama Nusantara sebagai tempat isolasi terpusat COVID-19.
“PDP inilah yang kita urai secara optimal, agar Mataram bisa berstatus menjadi zona kuning sebelum ke zona hijau,” katanya.
Dari data terakhir tim gugus Senin, 29 Juni 2020, pukul 12.00 Wita mencatat secara kumulatif pasien positif COVID-19 sebanyak 511 orang, dalam perawatan 173 orang, sembuh 307 orang dan meninggal 31 orang. Kemudian PDP 237 orang, orang dalam pemantauan 14 orang dan orang tanpa gejala (OTG) 46. (Ant)