Mataram (Inside Lombok) – Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Hj Sitti Rohmi Djalilah berharap pemerintah kabupaten/kota dapat mendisiplinkan para pedagang dan pengunjung pasar tradisional untuk menggunakan masker.
“Saatnya menerapkan ‘punishment’ jika mau jualan atau masuk pasar harus menggunakan masker, apabila tidak diikuti jangan masuk pasar, itu konsekuensinya,” tegas Wagub NTB saat turun meninjau pelaksanaan protokol kesehatan COVID-19 di beberapa pasar tradisional di Kota Mataram, Selasa.
Menurut Wagub, ketegasan yang dilakukan pemerintah bukan untuk membatasi aktivitas masyarakat, tetapi untuk melindungi seluruh masyarakat di NTB dari penyebaran wabah COVID-19, sehingga dapat hidup aman dan terus produktif.
“Masih ditemukan beberapa pengunjung dan pedagang yang tidak menggunakan masker,” kata Sitti Rohmi Djalilah.
Selain itu, Rohmi juga mengedukasi para pengunjung pasar agar dapat penggunaan masker dengan baik. Masker harus menutupi mulut dan hidung. Karena kata Wagub virus ini masuk ke tubuh melalui hidung dan mulut.
“Jangan pakai masker di dagu atau di bawah hidung,” ucapnya.
Selama ini pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota serta aparat TNI/Polri tidak henti-hentinya memberikan edukasi dan imbauan, mulai dari imbauan yang humanis hingga tegas.
Pemerintah telah membagikan ribuan masker, mengajak dan mengimbau di setiap lokasi keramaian, hingga pelosok desa untuk memutus mata rantai penyebaran pandemi. Namun seiring waktu, kasus penyebaran COVID-19 tetap saja terus merangkak naik di NTB.
“Terutama wilayah Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat,” ujarnya.
Karena Wagub meminta kepada para pengelola pasar, baik di pasar Pagesangan dan Karang Jasi untuk senantiasa menegakkan disiplin protokol COVID-19.
Kepala Pasar Pagesangan Kota Mataram, Rusiah menegaskan setiap hari selalu menempatkan petugas pada titik tertentu untuk mengatur dan memperingati pedagang dan pembeli menerapkan protokol COVID-19.
“Bahkan aparat keamanan TNI/Polri, Satpol PP dan keamanan pasar terus berjaga dipintu masuk pasar untuk menghimbau pengunjung menggunakan masker dan jaga jarak,” ujarnya.
Ia mengakui pasar Pagesangan menyediakan 3 tandon dan ember besar lengkap dengan sabun sebagai fasilitas untuk mencuci tangan. Disamping itu pedagang juga diatur jaraknya 1-2 meter.
“Setiap hari kami melihat sudah 90 persen menggunakan masker, namun kadang-kadang hanya dicantel di dagu, ini yang terus kami berikan pemahaman,” ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan Kepala Pasar Karang Jasi Cakra Kota Mataram Nengah Pastiarte, kesadaran masyarakat menggunakan masker sudah bagus. Namun kendalanya jarak yang sulit diatur di pasar.
“Saya setuju semua pihak terus membangun kesadaran masyarakat untuk terapkan protokol COVID-19 sehingga meningkatkan kesadaran mereka peduli terhadap keselamatannya,” kata Nengah.
Satu pedagang di Pasar Pagesangan Umi (30) warga Sekarbela mengaku, setiap hari selalu menggunakan masker berjualan di pasar.
“Tapi masker masih kurang untuk gantian setiap hari, kalau bisa dibagikan lagi,” harapnya.
Pengunjung pasar Karang Jasi Safwan (40) warga cakra menyadari bahaya COVID-19, apalagi sekarang Kota Mataram zona merah dengan angka penderita terbanyak di NTB.
“Kadang saya perhatikan pembeli yang ke pasar, ditemui mereka sudah menggunakan masker, tapi dipakaikan di dagu atau disimpan di kantongnya, nah perlu kesadaran pribadi ini karena upaya maksimal sudah dilakukan pemerintah,” katanya. (Ant)