Mataram (Inside Lombok) – Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat realisasi nilai investasi pada semester pertama tahun 2020, masih dibawah 50 persen dari total target investasi tahun 2020 sebesar Rp1,4 triliun.
“Kondisi ini tentu berkaitan erat dengan kondisi perekonomian di tengah pandemi COVID-19, yang terjadi merata secara nasional,” kata Kepala DPM-PTSP Kota Mataram Irwan Rahadi di Mataram, Rabu.
Dengan melihat perkembangan investasi saat ini, pihaknya akan mengajukan usulan pengurangan target investasi untuk tahun 2021, pada akhir tahun ini ke DPM-PTSP Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebab kebijakan penetapan target dan perubahanya menjadi kewenangan provinsi.
“Untuk tahun ini, dari pihak provinsi memang belum menjadwalkan kita untuk evaluasi. Mungkin karana COVID-19, evaluasi dilakukan sekalian di akhir tahun untuk usulan penetapan target investasi tahun 2021,” katanya.
Irwan menambahkan, rendahnya realisasi investasi di Kota Mataram itu dipicu karena faktor kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi secara nasional.
Dengan demikian, para investor masih sebatas menunggu dan melihat (wait and see) terhadap kondisi perkembangan COVID-19. Dengan harapan, pandemi bisa segera berlalu.
Kendati demikian, lanjutnya, investasi yang masuk ke Kota Mataram setiap hari melalui layanan perizinan dalam jaringan (daring), dan pelayanan tatap muka tetap ada, namun tidak ada investasi dalam nominal besar.
“Sehari pemohon yang kami layani bisa mencapai 50 orang, tapi nilai investasinya kecil atau rata-rata izin UMKM. Sedangkan investasi besar seperti hotel dan lainnya belum ada,” katanya.
Irwan mengatakan, di tengah pandemi COVID-19, target investasi sebesar Rp1,4 triliun tersebut, seperti akan sulit tercapai seiring dengan kondisi perekonomian saat ini secara nasional.
Padahal, untuk mencapai target yang telah ditetapkan, pihaknya telah berusaha secara maksimal melakukan percepatan dalam proses perizinan dengan memperkecil berbagai kendala-kendala teknis.
“Namun ketika kita sedang semangat melakukan percepatan, terjadi pandemi COVID-19, yang berdampak terhadap semua sektor,” ujarnya. (Ant)