Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan sekitar 400 hektare areal pertanian di Kota Mataram, saat ini berpotensi terdampak kekeringan.
“Jumlah itu masih potensi, apabila terjadi musim kemarau panjang dan tidak ada sumber air,” kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan, 400 hektare atau sekitar 30 persen dari 1.483 hektare lahan pertanian yang berpotensi kekeringan itu, disebut berpotensi karena adanya prediksi dari kondisi topografi wilayah tinggi.
Dengan demikian, kawasan dengan topografi tinggi itu akan sulit mendapatkan air jika tidak melimpah. Kawasan yang berpotensi kekeringan tersebut berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya.
“Jadi untuk antisipasinya, kita sudah memberikan bantuan sumur bor kepada para kelompok tani. Setiap tahun, bantuan sumur bor kita prioritaskan bagi kelompok tani di kawasan yang berpotensi kekeringan,” katanya.
Namun demikian, sambungnya, sejauh ini belum ada laporan kelompok tani mengalami gagal panen, akibat kekeringan.
“Sebanyak 400 hektare lahan pertanian yang berpotensi kekeringan itu rata-rata ditanami padi dan Alhamdulillah belum ada laporan mereka gagal panen karena kekurangan air,” katanya.
Lebih jauh, Mutawalli berharap, para petani pangan di Mataram ke depan bisa berinovasi dengan beralih produksi dari petani pangan menjadi petani buah-buahan, yang cenderung tidak membutuhkan air banyak.
Menjadi petani tanaman buah-buahan juga jauh lebih menguntungkan dibandingkan petani pangan. Pasalnya, petani pangan tanam sekali dan panen hanya sekali.
“Kalau petani buah-buahan, tanamnya sekali panennya berkali-kali. Petani buah, memang beratnya diawal yakni saat tanam dan pemeliharaan, tapi panennya bisa sepanjang tahun dan sampai puluhan tahun,” katanya. (Ant)