Mataram (Inside Lombok) – Mengawali tahun 2019, Dinas Pariwisata (Dispar) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan 20 desa berbasis wisata mandiri. 20 desa ini dicanangkan menjadi role model untuk desa-desa lainnya yang akan menjadi daerah wisata dengan pola yang sama.
“Kita ada dana Rp11 Miliar untuk desa berbasis wisata mandiri. Nanti Kementerian Pariwisata juga akan membantu menstimulus pembiayaannya,” ujar Kepala Dispar NTB, Lalu Moh. Faozal, ketika ditemui pada Jumat (04/01/2019).
Wisata mandiri sendiri dimaksudkan sebagai daerah dengan potensi wisata dimana warga bisa mengelola dan mengembangkan sendiri pariwisata yang dimilikinya. Desa tersebut kemudian ditujukan untuk menyajikan aktivitas kebudayaan sebagai tawaran utamanya. Seperti kerajinan, kuliner, dan situs atau sejarah yang dimilikinya.
Faozal juga menambahkan, sudah ada beberapa daerah wisata berbasis wisata mandiri yang ada di Lombok. Tapi masih perlu adanya pembenahan terkait beberapa hal. Hal tersebut antara lain perihal tata kelola, infrastruktur dasar, promosi, serta penjualan.
20 desa yang sedang disiapkan tersebut antara lain Senaru, Kerujuk, Sembalun, Bebidas, Tete Batu, Kembang Kuning, Sapit, Aik Berik, Setanggor, Mas-mas, Bilebante, Sukarare, Aik Nyet, Sesaot, Pusuk, Suranadi, Mantar, Bungin, Pancasila, dan Kawinda Toi.
“Ditargetkan 99 desa yang tersebar di seluruh NTB tersebut akan siap dalam kurun waktu lima (5) tahun kedepan. 20 Desa yang sekarang disiapkan akan jadi role model-nya,” ujar Faozal.
99 desa berbasis wisata mandiri ini merupakan usulan dari Asosiasi Pariwisata Islam Indonesia (APII). Pemilihan jumlah 99 pun dilandasi oleh jumlah dari Asma’ul Husna. Sebelumnya persiapan 99 desa wisata ini direncanakan terbagi dalam tiga (3) term yaitu; 33 desa di tahun 2019; 33 desa di tahun 2020; dan 33 desa di tahun 2021.