Lombok Barat (Inside Lombok) – Banjir yang terjadi di desa Labuan Tereng, kecamatan Lembar mengakibatkan lahan pertanian seluas satu hektare yang sedang menunggu masa panen justru masuk kategori fuso atau gagal panen. Sedangkan 25 hektare lainnya juga ikut terdampak. Kerugian petani diprediksi sekitar enam sampai tujuh ton.
“Yang satu hektare tanaman padi itu fuso karena diterjang arus yang kuat kemarin, rata-rata umurnya sekitar 45 HST (Hari Setelah Tanam)” ungkap Koordinator penyuluh pertanian, desa Labuan Tereng, M. Nasrah, saat ditemui si kantor UPTD kecamatan Lembar, Senin (22/02/2021).
“Kalau satu ton sekitar empat juta itu dikalikan tujuh, jadi kerugiannya bisa mencapai sekitar Rp 26 juta untuk lahan yang fuso karena biaya produksinya untuk pupuk dan segala macam sudah maksimal itu” imbuhnya.
Karena saat ini, petani yang lahannya gagal panen karena banjir seharusnya tinggal menunggu masa panen. Sehingga terkait lahan yang gagal panen itu, pihak UPTD sedang mengajukan rencana penanganan ke Dinas Pertanian.
“Kalau yang terkena dampak ini kan masih bisa ada pemulihan kondisinya, berbeda dengan lahan yang fuso ini” tuturnya.
Dia menjelaskan, walaupun tanamannya masih ada, tapi karena kondisi tanaman tersebut sedang keluar malai, maka walaupun bisa berbuah tapi tanaman itu nantinya tidak akan bisa berisi. Karena proses penyerbukannya sudah terganggu. Diharapkan, banjir ini dapat segera tertangani, supaya lahan pertanian lainnya juga tidak mengalami gagal panen.
“Total luas yang terdampak itu 25 hektare untuk total luas yang ada di Labuan Tereng” imbuhnya.
Untuk lahan yang mengalami fuso itu, tercatat dimiliki oleh dua orang petani. Harapannya tidak ada lagi banjir susulan.