Lombok Barat (Inside Lombok) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lobar mengaku tidak bisa memberi intervensi terhadap para pedagang terkait melonjaknya harga cabe saat ini. Pihaknya juga mengaku kesulitan dalam mengendalikan kenaikan harga cabe.
“Cabe itu kan tidak musim tanam dan risikonya di hujan, dia akan rontok semua. Di samping itu kan di seluruh Indonesia harga cabe itu sampai tembus Rp 150 ribu, tidak hanya di Lombok” kata Kabid Perdagangan Lobar, Abu Bakar.
Ia mengaku pihaknya kesulitan untuk melakukan intervensi karena belum diketahuinya siapa pihak pengepul cabe tersebut di Lombok Barat. Karena untuk memenuhi kebutuhan cabe di Lombok Barat yang tergolong besar, para pedagang mengambil dari pulau Sumbawa dan Jawa.
Saat ditanyai mengenai tingkat kebutuhan cabe pertahunnya di Lobar, ia mengaku belum mengetahui data pastinya. Karena hal itu dinilai relatif dan berubah-ubah.
“Kebutuhan cabe kita di Lobar ini bisa dikatakan banyak memang, tapi kuantitasnya berapa, mohon maaf saya belum bisa jawab. Karena itu butuh angka pasti, tentu perlu didata juga masing-masing pasar dan stok cabe” imbuhnya.
Abubakar menyebut trend kenaikannya sama seperti sebelumnya, mulai dari Rp 60 ribu hingga Rp 75 ribu dan tembus Rp 120 bahkan lebih di atas itu. Kondisi ini pun sudah berlangsung semenjak musim hujan.
“Ketika hujan cabe itu tidak kuat, para petani kita juga kan banyak yang mengalihkan pola tanamnya ke padi” ujarnya.
“Kalau dilihat tingkat kenaikan harganya, ini sudah lebih dari sekian ratus persen” ketusnya.
Karena sejak awal Januari tahun ini, harga cabe masih Rp 25 sampai Rp 35 ribu perkilonya. Lalu masuk minggu ke-tiga, harga cabe di Lobar sudah menembus angka Rp 60 ribu dan minggu ke empat sudah beranjak ke angka Rp 70 ribu.
“Berlaku hukum ekonomi, barang yang susah di dapat ya harganya melonjak. Ini yang kita mau intervensi tapi agak berat”