Lombok Tengah (Inside Lombok)- Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Tengah (Loteng) mencatat, jumlah anak yang menderita stunting pada tahun 2020 mencapai 27,79 persen.
“Kalau diangka kan itu 20 ribuan lebih tahun 2020. Anak dari usia 0-5 tahun,”kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Loteng, Kusriadi, Selasa (30/3/2021) saat acara Rembuk Stunting di Kantor Bupati Loteng.
Dinas Kesehatan mengejar target penurunan stunting secara nasional sebesar 14 persen di tahun 2024. Dijelaskan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
“Angka balita yang mengalami stunting di Loteng memang masih tinggi. Loteng juga termasuk dari enam kabupaten di NTB yang menjadi lokus penanganan stunting,”katanya.
Faktor penyebab stunting yang paling utama adalah asupan makanan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi. “Tidak mesti yang stunting ini adalah orang miskin. Karena yang kaya juga banyak yang stunting karena dipengaruhi oleh pola asuh,”katanya.
Persoalan stunting ini, lanjutnya Kusriadi tidak bisa dipandang sebagai masalah yang biasa. Namun nyatanya merupakan persoalan yang luar biasa. Karena bukan hanya masalah fisik anak. Melainkan berkaitan erat dengan perkembangan otaknya.
Selain gangguan tumbuh kembang, IQ anak yang mengalami stunting juga rendah. Sehingga akan sulit bersaing di masa yang akan datang. Kemudian, anak yang stunting juga mengalami gangguan metabolisme.
Oleh sebab itu, butuh kerjasama semua pihak di dalam penanganan stunting ini. Beberapa langkah yang telah dilakukan untuk penanganan stunting di Dikes Loteng adalah pembentukan konvergensi pada tahun 2018 lalu.
“Sehingga saat ini tinggal peningkatan koordinasi,”katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Loteng, HM. Nursiah dalam sambutannya mengatakan, hal utama yang harus diperhatikan di dalam pencegahan anak mengalami stunting adalah waspada di seribu hari kehidupan hingga usia balita dua tahun.
“Itu artinya sejak dalam kandungan harus diperhatikan asupan gizinya,”katanya.