Mataram (Inside Lombok) – Salah satu pelaku penembakan massal yang terjadi di dua Masjid yang berlokasi di pusat kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat siang (15/03/2019) pukul 13.40 waktu setempat dikonfirmasi sebagai Brenton Tarrant (28). Sebelum memulai aksinya, Tarrant menuliskan manifesto setebal 73 halaman dengan judul ‘The Great Replacement: Towards A New Society’ yang diunggahnya secara daring.
Dalam manifesto tersebut Tarrant menuliskan bahwa dirinya mendapat inspirasi untuk melakukan penyerangan dari sebuah video game.
“Fortnite (judul video game, red.) melatih saya untuk menjadi pembunuh. Dengan menuju masyarakat baru, kita akan maju lebih jauh,” ujar Tarrant dalam manifesto tersebut.
Selain itu, Tarrant juga menyebutkan bahwa ia telah merencanakan penyerangan tersebut sejak dua tahun yang lalu. Untuk melancarkan aksinya, Tarrant telah beberapa kali mengunjungi Chirstchurch untuk melihat apakah kota tersebut merupakan tempat yang tepat untuk menjalankan rencana penyerangan yang disusunnya.
Seperti dikutip dari The Sydney Morning Herald (smh.com.au), Tarrant menyebutkan bahwa salah satu inspirasinya datang secara politis dari komentator konsrevatif Amerika, Candace Owens, yang selama ini diketahui sebagai pendukung Presiden Amerika, Donald Trump, dan kritiknya atas the Black Lives Matter Movement (gerakan anti kekerasan dan rasisme terhadap masyarakat kulit hitam, red.). Tarrant sendiri menyebut dirinya sebagai seorang fasis.
Manifesto yang diunggah oleh Tarrant juga menerangkan bahwa baginya aksi penyerangan tersebut adalah untuk mengembalikan kekuasaan penduduk asli serta mengatasi krisis yang disebabkan oleh jumlah kaum imigran yang menurut Tarrant terlalu banyak jumlahnya.
“Saya hanyalah seorang pria biasa dari keluarga yang biasa-biasa saja, yang memutuskan untuk mengambil posisi untuk memastikan masa depan bagi masyarakat saya,” ujar Tarrant.
Selain Tarrant, dua orang teman laki-lakinya dan juga seorang teman perempuannya ikut terlibat dalam penyerangan yang menewaskan 49 orang serta membuat puluhan orang mengalami luka-luka tersebut. Dimana empat orang tersebut menembaki orang-orang yang sedang melaksanakan shalat Jumat.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi sendiri mengonfirmasi bahwa ada 6 orang warga negara Indonesia yang menjadi korban penyerangan tersebut. Dimana tiga orang berhasil melarikan diri, sedangkan tiga orang lainnya belum dapat dikonfirmasi kondisi selanjutnya.