Lombok Tengah (Inside Lombok)- Video akad nikah dua perempuan yang dinikahi seorang pria di desa Kuta kecamatan Pujut Lombok Tengah viral di media sosial.
Pengantin laki-laki bernama Qori Akbar (20) warga desa Kuta. Sementara dua perempuan tersebut yakni Khusnul Khatimah (20) warga desa Prabu dan Yun Nitanuri (21) warga desa Rembitan.
Kepada Inside Lombok, Selasa (27/7/2021), salah satu pengantin perempuan, Khusnul Khatimah mengaku, awalnya tidak mengetahui kalau dia akhirnya akan dinikahi secara bersamaan dengan Yun yang kini disebutnya sebagai adik madu.
“Saya awalnya tidak tau. Taunya waktu sudah di rumah calon suami,”tuturnya.
Namun demikian, dia memutuskan untuk tetap melangsungkan pernikahan pada Senin (26/7/2021) karena berpikir hal ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus dilaluinya. “Karena ini adalah takdir saya. Saya akan menjalaninya. Kalau adik madu saya kurang tau karena baru kenal di sini,”ujarnya.
Dia pun berkomitmen akan menjalani biduk rumah tangganya dengan baik. Khusnul juga mengatakan, dia dan suami beserta adik madunya sudah pernah sama-sama menikah. Namun bercerai dan tidak memiliki anak.
Saat ini mereka bertiga tinggal satu atap di kamar terpisah. Mereka juga tinggal terpisah dengan mertua.
Di satu sisi, Khusnul mengatakan kalau suaminya saat ini tidak bekerja. Agar dapur tetap mengepul, dia berpikir sederhana kalau rizki pasti akan selalu ada. Terlebih dia memandang suaminya sebagai orang yang baik dan bertanggung jawab yang tentunya akan memenuhi ekonomi keluarga.
“Saya pikir bisa melewati ini. Kata orang kalau dimadu itu tidak bahagia. Tapi yang penting kita bersyukur saja. Walaupun para netizen bilang ini itu. Kita terima saja dengan Alhamdulillah,”katanya yakin.
Khusnul menambahkan, dia tidak berpacaran lama dengan sang suami. Tapi kenal sudah lama. Sebelum menikah dengan suami yang dikenalnya lewat media sosial itu, dia bekerja sebagai pegawai di salah satu rumah makan di Praya. Namun, dia tidak tau apakah dia akan diterima kembali setelah menikah.
Adapun untuk bekerja di destinasi wisata pantai Kuta yang saat ini sedang digalakkan pembangunan hotel dan restoran, diakuinya bahwa hal itu memungkinkan akan sulit baginya.
“Karena saya tidak sekolah tinggi. Tidak bisa bahasa Inggris juga. Tapi semoga ada peluang,”harapnya.
Kalaupun kemudian tetap tidak akan ada peluang kerja di desa tersebut, dia terpikir untuk bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) suatu saat nanti. Karena bekerja di luar negeri tidak membutuhkan ijazah.
“Kalau merantau kan meskipun tidak punya ijazah yang penting bisa kerja kan bisa diterima. Yang penting kita bisa hidup (tidak masalah ke luar negeri),”katanya.