31.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaSudah Jatuh Tertimpa Tangga: Harga Anjlok, Cabai Petani di Jagaraga Diserang Hama

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga: Harga Anjlok, Cabai Petani di Jagaraga Diserang Hama

Salah seorang petani di dusun Tambang Eleh, desa Jagaraga, saat menunjukkan cabai yang ditanamnya. Kamis (07/10/2021). (Inside Lombok/Yudina Nujumul Qur’ani).

Lombok Barat (Inside Lombok) –Petani cabai di Dusun Tambang Eleh, Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan, Lombok Barat mengeluhkan cabai mereka yang gagal panen akibat terserang hama jamur Colletotrichum Capsici. Sudah jatuh karena gagal panen, petani cabai di wilayah tersebut juga tertimpa tangga akibat harga cabai yang anjlok menjadi Rp8 ribu per kilogram.

“Mana harga cabai anjlok, terus rusak begini, belum lagi biaya pupuknya” keluh salah seorang petani cabai di kawasan tersebut, Nyoman Dati saat ditemui, Kamis (7/10). Dengan produksi yang menurun, kerugian tidak dapat dihindari.

Hama yang menyerang disebutnya menyebabkan pembusukan pada batang pohon cabai. Selain itu, buah cabai yang seharusnya siap jual ikut membusuk hingga tidak layak dikonsumsi. Padahal pada saat normal, Nyoman dapat memanen cabai hingga 1 kwintal dari lahan seluas 30 are miliknya.

Dalam kondisi saat ini, Nyoman mengaku setiap harinya menemukan hingga 5 kilogram cabai busuk di sawah miliknya. “Kalau sekarang ini paling banyak kita dapat panen 25 – 10 kilogram, gara-gara rusak diserang hama ini,” jelasnya.

Setelah merugi karena hama, dirinya juga sulit meningkatkan produksi cabai. Terutama dengan harga pupuk yang tidak stabil di tingkat pengecer. Hal tersebut membuat Nyoman terpaksa membeli pupuk non subsidi, karena dirinya tidak masuk dalam kelompok petani penerima pupuk subsidi pemerintah.

“Harga pupuknya sekarang tidak stabil. terus kadang kalau kita mau beli pupuk di pengecer kosong,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah dapat memberi perhatian terhadap para petani. Selain harga obat untuk menghindari hama tanaman yang dirasa terlalu mahal, biaya penyemprotan obat ke tanaman yang mereka miliki juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.

“Tidak mampu kita beli harga obat dengan harga cabai yang sekarang anjlok. Mending kalau harganya mahal ya tidak apa-apa perawatannya juga mahal,” ketusnya.

Ia mengaku sempat membeli obat untuk tanaman cabainya. Namun setelah habis, ia tidak lagi mampu membeli, karena semakin melambungnya harga obat tersebut. “Dulu ada kelompok tani, tapi sekarang sudah bubar karena situasi kondisi ini,” ungkapnya.

Selain itu, pemerintah diharapkan dapat turun dan melihat langsung kondisi di lapangan. Dengan begitu pembinaan untuk cara merawat dan pemberian obat untuk menghindari dampak hama dapat dilakukan.

Hal senada diungkapkan oleh petani cabai lainnya, Ketut Sriade yang menyebut kondisi ini bahkan membuatnya harus menelan kerugian hingga Rp6 juta. Modal tersebut dikeluarkannya untuk biaya pupuk hingga penanam cabai di sawah seluas 30 are miliknya.

“Rugi kita; Kalau dihitung kita sudah keluarkan sekitar Rp6 juta lebih untuk penanaman ini. Belum lagi harga cabai per kilo turun menjadi Rp8 ribu” ujarnya pasrah.

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer