Mataram (Inside Lombok) – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani belum bisa memastikan kapan akan membuka jalur pendakian karena masih menunggu rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Sudiyono, di Mataram, Jumat mengatakan, pihaknya menunggu rekomendasi dari BKMG karena kondisi cuaca ekstrem masih terjadi di jalur pendakian Sembalun, yang membahayakan keselamatan nyawa manusia.
“Kalau pembukaan jalur pendakian Senaru, Timbanuh, dan Aik Berik, masih menunggu rekomendasi dari PVMBG,” katanya.
Ia mengatakan, tim PVMBG akan melakukan survei lanjutan untuk melihat kondisi jalur pendakian setelah rentetan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018.
Gempa bumi magnitudo 5,4 kembali mengguncang Pulau Lombok pada 17 Maret 2019. Saat itu, sebanyak 72 tim gabungan berada di atas Gunung Rinjani melakukan survei jalur pendakian, namun akhirnya turun gunung untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
“Gempa bumi masih sering dirasakan di atas gunung meskipun dengan kekuatan 3 Skala Richter,” ujarnya.
Sudiyono mengaku belum mendapat informasi dari PVMBG terkait rencana melakukan survei kembali jalur pendakian. Namun, pihaknya berharap survei segera dilakukan demi kepentingan bersama.
“Kami belum dapat kepastian kapan tim PVMBG akan melakukan survei. Tapi kami yakin dalam waktu dekat sudah dilaksanakan,” ucapnya pula.
Sebelumnya, BTNGR akan membuka jalur pendakian secara terbatas atau tidak sampai danau Segara Anak mulai 1 April 2019. Namun hal itu dibatalkan berdasarkan rekomendasi dari tim gabungan yang melakukan survei jalur pendakian pada 16-17 Maret 2019.
Berdasarkan hasil survei di jalur pendakian Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, kondisi jalur pendakian Sembalun hingga Pelawangan Sembalun terjadi kerusakan di 14 titik, di mana 3 di antaranya rusak berat, serta hilangnya sumber mata air yang bisa dimanfaatkan para pendaki.
Sementara di jalur pendakian Senaru, Kabupaten Lombok Utara, ditemukan retakan di Pos II, serta jalur menuju danau Segara Anak terputus dan tidak bisa dilewati. (Ant)