Lombok Timur (Inside Lombok) –
Kabupaten Lombok Timur (Lotim) memberangkatkan 10 atletnya untuk mewakili NTB pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Namun dari 10 atlet tersebut, hanya dua cabor yang berhasil menyumbangkan medali perunggu, yakni futsal dan kempo.
Kurangnya capaian medali dari atlet Lotim saat bertanding di PON tersebut dinilai terjadi karena kurangnya pembinaan yang dilakukan. Terutama karena beberapa faktor, seperti gempa bumi yang melanda NTB dan Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia.
“Kita mempunyai banyak atlet berprestasi. Akan tetapi pembinaan kita kurang maksimal, lantaran terkendala oleh bencana yang melanda daerah kita. 2018 dilanda gempa bumi dan 2020 dilanda pandemi,” ucap Mastur Hadi selaku Kabid Peningkatan Prestasi Dispora Lotim, Selasa (09/11).
Dikatakan Mastur, pembinaan bagi para atlet di masa pandemi sangat minim, dikarenakan tidak memungkinkan dilakukan. Alasanya, ada aturan yang melarang kerumunan. Padahal dalam pembinaan tidak bisa dipungkiri jika akan terjadi kerumunan.
“Namun kita di Dispora terus menerus berusaha untuk mengoptimalisasi kegiatan keolahragaan. Namun olahraga individual seperti atletik,” jelasnya.
Selain itu juga, anggaran menjadi salah satu faktor persoalan minimnya pembinaan. Hal itu dikarenakan refocusing anggaran yang dilakukan untuk mengatasi Covid-19 di Lotim.
Dikatakan Mastur, anggaran untuk aktivitas keolahragaan sangat minim sekali. Bahkan hampir satu per empat dari anggaran normalnya. “Dulu anggaran kita bisa mencapai Rp200-300 juta, tapi sekarang hanya Rp50 juta,” ujarnya.
Untuk itu Mastur berharap Pandemi Covid-19 segera berakhir, agar aktivitas pembinaan bisa kembali normal. Terlebih lagi anggaran untuk pembinaan bisa seperti sedia kala atau bahkan lebih. Nantinya, pembinaan dan aktivitas keolahragaan diharapkan bisa meningkatkan prestasi para atlet. (den)