Mataram (Inside Lombok) –
Dinas Pertanian Kota Mataram kembali membatasi masuknya telur dari luar daerah ke Kota Mataram. Hal ini untuk mengakomodir produksi telur dalam daerah. Pasalnya, sejumlah peternak memprotes keputusan pemda untuk memasok salah satu kebutuhan pokok tersebut dari luar daerah.
“Kita tidak berani, banyak yang protes. Tadi juga ada yang mengajukan rekomendasi tapi kita belum berani respon. Kita tunggu laporan dulu, apakah yang 15 ton itu sudah datang semua atau tidak. Karena biasanya tidak datang semua atau bisa lebih,” kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram, H. Mutawalli.
Ia mengatakan, jika belasan ton tersebut bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di Kota Mataram maka perusahaan lain tidak akan diberikan rekomendasi kembali. “Kita membatasi. Kalau saya mau tanda tangan semua ya banyak. Ada sekitar 10 perusahaan yang mengajukkan. Permintaanya banyak-banyak ada satu perusahaan itu sampai satu juta butir,” katanya.
Mutawalli menjelaskan, peternak yang protes banyak yang berasal dari luar daerah. Padahal seharusnya, protes ke pemerintah daerah setempat. Karena telur yang didatangkan saat ini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Mataram.
“Dia seharusnya protes di Lombok Timur, Lombok Tengah. Kan kita berbicara stok dan kebutuhan di Mataram. Di Mataram sedikit peternak. Produksinya juga kecil karena kan luasnya tidak seperti di kabupaten lain,” ujarnya.
Selain memenuhi kebutuhan masyarakat, telur yang didatangkan dari luar juga untuk menstabilkan harga. Karena diakui, harga telur lokal lebih mahal jika dibandingkan dengan harga telur dari luar daerah. “Bedanya itu 2000 – 3000 dalam satu tray. Telur lokal itu lebih mahal. Itu masalahnya,” kata Mutawalli.
Telur yang akan didatangkan oleh perusahaan yang mengajukan rekomendasi berasal dari Jawa Timur. “Ini dari Jawa Timur saja, tidak ada yang ada dari Bali,” pungkasnya. (azm)