Mataram (Inside Lombok) – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Mataram menyebut kasus HIV/AIDS di Mataram paling tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi NTB. Hal ini disebabkan karena KPA cukup aktif dalam melakukan upaya penanggulangan.
Sekretaris KPA Kota Mataram, Margaretha Chepas mengatakan berdasarkan data kumulatif kasus HIV/AIDS di Kota Mataram sejak tahun 2001 hingga 2020 mencapai 560 kasus.
“Kalau di Kota Mataram tertinggi karena KPA aktif. Kalau tidak aktif ya tidak tinggi. Bukan berarti Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah misalnya kecil, belum berarti tidak ada, tinggal ngebom saja,” jelasnya, Rabu (1/12).
Ia merincikan, dari 560 kasus HIV/AIDS yang ditemukan terdiri dari kasus HIV sebanyak 278 kasus dan AIDS sebanyak 282 kasus. Selain itu, sebanyak 122 orang meninggal dunia karena mengidap penyakit tersebut.
Diterangkan, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menargetkan tahun 2030 mendatang harus mencapai Three Zero. Antara lain tidak ada kasus baru, tidak ada kematian orang dengan HIV/AIDS, dan penderita yang berobat semakin meningkat, sehingga kehidupannya berlangsung dan terjamin.
“Tahun 2030 ini tinggal sembilan tahun lagi, kan sebentar lagi ini,” ujar Margaretha. Ia menilai faktor utama penularan Kasus HIV AIDS yakni seks bebas dan narkoba. Sehingga peran keluarga sangat penting untuk bersama dalam penanggulangan HIV AIDS tersebut.
Setelah pembatasan akibat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, di 2021 KPA Kota Mataram kembali memaksimalkan penanganan kasus HIV/AIDS di Mataram. Di mana, pada tahun ini KPA mendata 16 kasus baru dari Januari hingga Agustus. Dari jumlah tersebut, sembilan kasus HIV dan enam kasus AIDS.
Selain itu ada salah satu pasien yang dilaporkan meninggal dunia. “Yang meninggal itu remaja. Dia meninggal di rumah sakit Kota Mataram,” ujarnya. Hal tersebut diakuinya cukup memprihatinkan. Karena itu, dukungan keluarga menjadi hal penting untuk mendukung orang-orang dengan HIV/AIDS.
“Prihatin tidak (yang meninggal masih) anak remaja. Kalau orang tuanya tahu (pasien terjangkit HIV/AIDS), dia tidak akan meninggal,” tandas Margaretha. (azm)