Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pariwisata Kota Mataram tidak akan menutup destinasi wisata saat Natal dan Tahun Baru (Nataru). Untuk mengantisipasi kerumunan dan potensi penularan Covid-19, dipilih cara pembatasan jumlah pengunjung di setiap destinasi.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, H. Nizar Denny Cahyadi Kamis (2/12) di Mataram. Menurutnya, berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) nomor 64/2021, mulai 24 Desember 2021 hingga 2 januari 2022 pemerintah pusat memberlakukan PPKM level 3. Dalam instruksi tersebut tidak ada penutupan destinasi wisata, melainkan hanya pembatasan.
“Sesuai Inmendagri tempat wisata itu dibatasi jumlah pengunjungnya,” ujar Denny. Diterangkan, pemerintah pusat menekankan agar penerapan protokol kesehatan di destinasi wisata diperketat. Antara lain dengan menerapkan aplikasi Peduli Lindungi, memastikan jaga jarak tetap diberlakukan, dan menerapkan ganjil genap untuk mengatur kunjungan ke tempat-tempat wisata.
“Kita ikuti saja aturan yang ada dalam Inmendagri itu. Kita di daerah harus mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat,” ujarnya.
Jika satu destinasi di Kota Mataram sudah mencapai 50 persen dari kapasitas normal, petugas akan menutup akses masuk. Dengan begitu, jaga jarak bisa diterapkan dengan maksimal.
“Pada awal-awal pandemi, kita punya pengalaman untuk kawasan yang kira-kira 1.000 orang, dan kita bisa prediksi ketika mereka setengah dari kawasan tersebut terisi maka harus di-stop orang masuk,” jelasnya.
Sementara untuk bioskop atau tempat hiburan lainnya, diakui lebih mudah untuk melakukan pengawasan dan pembatasan kapasitas. Pengawasan untuk penerapan PPKM Level 3 di kawasan destinasi wisata tidak saja dilakukan oleh Dinas Pariwisata, melainkan juga TNI-Polri.
“Bantuan dari TNI-Polri nanti untuk kelancaran untuk pengawasan ini,” tambah Denny.
Pemberlakukan kembali PPKM Level 3 pada saat Nataru ini menurut Denny akan berdampak pada pendapatan pedagang yang ada di masing-masing destinasi. Karena biasanya, pada musim libur panjang para pedagang bisa meraup keuntungan yang cukup besar di setiap destinasi wisata.
“Yang merasakan dampak untuk pembatasan ini PKL yang ada di destinasi wisata. Kan nanti sepi pengunjung, jadi turun pendapatannya,” pungkasnya. (azm)