Mataram (Inside Lombok) – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram mulai melakukan budidaya maggot atau belatung di Kebon Talo, Ampenan. Selain pangsa pasar yang cukup menjanjikan, budidaya maggot sebagai salah satu upaya untuk mengolah sampah rumah tangga.
“Pangsa pasarnya cukup tinggi. Bekas-bekas sisa makanan rumah tangga itu di makanan. Itu nanti 40 persen sampah rumah tangga bisa termakan kesana,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, H. M. Kemal Islam.
Pemkot Mataram disebutnya telah mengalokasikan anggaran Rp1,2 miliar untuk membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Untuk memaksimalkan budidaya maggot tersebut, DLH akan bekerjasama dengan hotel dan rumah makan yang ada di Mataram. Kerjasama tersebut agar sisa makanan yang dihasilkan dipilah dan nantinya petugas yang akan mengambil secara rutin.
“Kita akan kerjasama dengan hotel-hotel, rumah-rumah makanan yang akan kita minta sisa makanan untuk dipilih, kemudian kita ambil; kita jemput,” ujarnya.
Ia menjelaskan, saat ini penggunaan maggot sebagai pakan sudah mulai berkembang di Kota Mataram, sehingga banyak dicari oleh konsumen. Baik untuk pakan ikan, burung dan lainnya. Selain itu, maggot yang dihasilkan juga bisa dijadikan tepung dengan nilai jual yang cukup tinggi.
“Maggot yang basah itu untuk makanan burung. Saya juga biasa beli maggot. Terutama terus tepung maggot yang nilainya cukup mahal Rp75 ribu per kilogram,” jelas Kemal.
Jika budidaya maggot oleh DLH Kota Mataram tersebut berhasil, maka bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang baru. Karena selain sebagai pakan, maggot juga bisa menjadi pupuk.
“Mudah-mudahan usaha yang kita lakukan bisa berkembang menjadi industri maggot. Itu diolah lagi menjadi makanan ikan lebih bergizi. bisa menjadi pupuk,” ucap mantan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman ini.
Saat ini, sambung Kemal, pusat pengolahan masih hanya ada satu titik untuk skala Kota Mataram. Namun beberapa lingkungan di Kota Mataram sudah mulai mengembangkan budidaya maggot tersebut.
Selain itu, DLH Kota Mataram aktif memberikan pelatihan kepada masyarakat agar bisa mengolah sampah rumah tangga sehingga sampah yang dibuang ke TPA bisa berkurang. “Pengolahannya baru satu titik untuk skala kota. Kalau di rumah tangga kita kembangkan di lingkungan-lingkungan. Mataram timur sudah ada,” pungkasnya. (azm)