Mataram (Inside Lombok) – Untuk memenuhi penginapan pada event MotoGP tanggal 20 Maret mendatang, camat dan lurah di Kota Mataram mulai mendata rumah warga. Kecamatan Cakranegara misalnya sudah menyiapkan 1.016 kamar kos-kosan yang bisa dijadikan tempat penginapan.
Camat Cakranegara Kota Mataram, Irfan S. Soeratie, Kamis (20/1) di Mataram mengatakan, ribuan kamar yang tersedia di Kecamatan Cakranegara sebagian besar merupakan kos-kosan. Selain itu baru satu rumah warga yang dinilai memenuhi standar untuk dijadikan penginapan.
“Per hari selasa kita sudah kumpulkan sekitar 1.016 kamar yang sudah saya kumpulkan dari Kecamatan Cakra. Itu hanya baru hunian-hunian yang terkelola rumah kos dan belum rumah warga,” katanya.
Jumlah tersebut kata Irfan bukan data akhir dan diprediksi akan ada penambahan penginapan baik kos-kosan, rumah warga ataupun hotel non berbintang. Ribuan kamar yang tersedia saat ini sudah diperiksa baik oleh pihak kecamatan maupun kelurahan. Pasalnya, penginapan yang disiapkan harus memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Hospitality of Indonesia Network (HIN).
“Rumah warga sendiri ada kriteria yang harus dipenuhi. Kami anggap kalau belum terkelola masih terlalu riskan untuk kita sodorkan datanya. Jadi rumah hunian yang sudah terkelola yaitu rumah kos,” ucap Irfan.
Ribuan kamar kos yang disiapkan sebagai tempat penginapan pada event MotoGP Maret mendatang, saat ini belum terisi. “Sementara ini ketersediaan kamar dulu. nanti kan tergantung tamunya mau ambil dua kamar. Kami sudah periksa melalui kelurahan untuk memeriksa langsung pemilik kos,” katanya.
Sementara untuk harga berbeda-beda tergantung dari fasilitas yang ditawarkan kepada konsumen. Saat ini tarif untuk penginapan di kos-kosan dan rumah warga berkisar antara Rp100-300 ribu per kamar. “Ini tarif reguler yang mereka sodorkan,” ujarnya
Terpisah, Camat Sekarbela, Cahya Samudra mengatakan sudah mendata kos-kosan dan rumah warga yang bisa dijadikan sebagai penginapan. Awal pekan kemarin, jumlah rumah yang memenuhi standar untuk dijadikan sebagai penginapan baru 50 unit rumah di lima kelurahan.
“Kita sudah memilah dan terdata sekitar 50 rumah dari 5 kelurahan ini dan kita buat datanya dan serahkan ke Dinas Pariwisata. Itu gabung rumah dan kos-kosan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pendataan rumah warga cukup selektif dilakukan. Karena rumah warga yang akan dijadikan penginapan harus memenuhi syarat seperti kamar mandi di dalam, tempat tidur dan fasilitas pendukung lainnya.
“Artinya jangan kita mendorong masyarakat yang belum siap. Dalam arti kata akses jalan, kasurnya apakah ada kipas angin dan AC,” jelas Cahya. Untuk harga sendiri, sambungnya, ditentukan oleh masing-masing pemilik rumah dan konsumen. Karena nantinya harga tersebut tergantung dari fasilitas yang disiapkan.
“Di sana masyarakat yang menentukan harganya, konsumen yang akan memilih. Layak enggak dengan harga segitu,” tegasnya. (azm)