Mataram (Inside Lombok) – Pandemi Covid-19 hingga kini masih terjadi. Sehingga kegiatan masyarakat yang memicu kerumunan massa masih sangat dibatasi. Termasuk Pawai Ogoh-Ogoh yang akan digelar Maret mendatang.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram, I Nyoman Suwandiasa mengatakan tahun ini pawai Ogoh-Ogoh kembali ditiadakan. Pasalnya, pawai tersebut menimbulkan kerumunan massa dan bisa memicu terjadi penyebaran virus corona.
“Sesuai dengan surat yang dikeluarkan oleh Parisada Hindu Dharma Provinsi NTB dalam rangka Nyepi, Pawai Ogoh-Ogoh itu ditiadakan. Itu sudah berlangsung dua tahun terakhir ini, dan (kembali) tidak diadakan tahun ini,” katanya, Selasa (25/1) di Mataram.
Terkait tidak adanya Pawai Ogoh-ogoh tahun ini akan disosialisasikan oleh PHDI NTB dan juga Pemda Kota Mataram kepada masyarakat. Larangan pawai Ogoh-ogoh ini sudah berlangsung dua tahun dan masyarakat umat Hindu disebut cukup memahami kondisi yang terjadi saat ini.
“Dalam situasi pandemi ini hal-hal tersebut tidak dapat dilaksanakan. Kita akan sosialisasi ke banjar dan sudah dilakukan oleh PHDI Provinsi NTB,” ujarnya.
Pro kontra masyarakat terkait kebijakan tersebut diakui Nyoman pasti terjadi. Akan tetapi pada masa situasi pandemi Covid-19, kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kerumunan tidak bisa digelar. Terlebih untuk kegiatan yang penerapan protokol kesehatannya tidak bisa dikontrol.
Sebelumnya, sosialisasi terkait larangan pelaksanaan Pawai Ogoh-ogoh dilakukan menjelang Hari Raya Nyepi, sehingga memicu adanya penolakan dari masyarakat umat Hindu. “Kemarin (tahun lalu, Red) memang ada sedikit persoalan, karena keterlambatan sosialisasi. Kalau sekarang kan sudah jauh-jauh hari. Ini akan dilaksanakan bulan Maret. Sehingga persiapan untuk membuat ogoh-ogoh itu kan bisa ditiadakan,” katanya.
Tidak saja Pawai Ogoh-Ogoh, PHDI NTB juga membatasi peserta yang akan ikut pada acara Peneduh Jagat yang akan dilaksanakan pada awal Februari mendatang. Karena biasanya, jumlah umat Hindu yang menghadiri cukup banyak.
“Kegiatan ini yaitu acara doa bersama. Masyarakat umat Hindu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunianya untuk bisa melewati pandemi ini dengan baik, dan pandemi ini segera lenyap dari muka bumi,” ungkap Nyoman.
Kegiatan ini biasanya dipusatkan di simpang empat Cakranegara. Sehingga selama pelaksanaan kegiatan berlangsung akan ada pengalihan arus lalu lintas. Kegiatan ini disebut hanya beberapa jam saja. Jumlah masyarakat umat hindu yang diizinkan bisa mengikuti kegiatan tersebut masih dalam tahap pembahasan dengan aparat kepolisian.
“Simpang empat Agung Cakranegara. Jalan Pejanggik ditutup sementara, tidak sampai berjam-jam. Kalau sebelum pandemi banyak yang datang (mengikuti doa bersama), tapi kan sekarang pandemi,” tutupnya. (azm)