25.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaHarga Kedelai Impor Naik, Berimbas Pada Produsen Tahu-Tempe

Harga Kedelai Impor Naik, Berimbas Pada Produsen Tahu-Tempe

Mataram (Inside Lombok) – Harga kedelai impor mengalami kenaikan. Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai kini berada di level US$1.586 per bushel atau naik 0,62 persen. Hal tersebut bisa berimbas pada perajin tahu dan tempe di NTB, baik dari sisi harga maupun ukuran jualan tahu tempe.

Kepala Bidang Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Prihatin Haryono mengatakan untuk saat ini harga masih belum ada kenaikan untuk kedelai eks impor di pasaran. Begitu juga dengan harga tahu dan tempe masih terbilang aman. Yakni untuk kedelai lokal Rp12.600 per kilogram dan eks impor Rp12.000 per kilogram. Kendati, jika pun kedelai eks impor mengalami kenaikan diharapkan tidak terlalu signifikan.

“Mudah mudahan kenaikan harga kedelai impor tidak signifikan. Mengingat, sekarang tidak saatnya panen di dalam negeri. Hasil pantauan kami belum naik,” ujar Haryono, Senin (14/2).

Jika nantinya terjadi kenaikan yang signifikan tentu harus ada upaya, harus ada OP (Operasi Pasar) untuk mengamankan harga kedelai eks impor ke NTB. Selain itu mengamankan ketersedian kedelai mencukupi permintaan dari pembuat tahu tempe.

“Mungkin pemenuhan stok melalui peningkatan produksi di hulu, karena ini kan selalu berulang. Maka peningkatan di hulu harus dilakukan agar harga bisa ditekan,” ucapnya.

Sebagai informasi, impor kedelai yang mencapai 80 persen lebih untuk kebutuhan nasional setiap tahunnya, membuat Indonesia menjadi sangat tergantung dengan negara pengekspor. Itu sebabnya budidaya kedelai harus mendapat dukungan dari semua pihak, mulai dari off tacker (penjamin), pemerintah, dunia perbankan hingga petani.

Pembuat tahu tempe di NTB banyak menggunakan kedelai eks impor. Padahal NTB sendiri merupakan penghasil kedelai, sayangnya kedelai lokal tak banyak diminati oleh pembuat tahu dan tempe di NTB. Di mana mereka banyak menggunakan kedelai eks impor. Sedangkan, menggunakan kedelai lokal harganya lebih mahal dan hasil tempe tahu tidak sesuai dengan diinginkan pembuat tahu tempe.

“Harusnya ini dikonfirmasi ke Dinas Pertanian, kenapa kedelai lokal tidak laku. Penting membangun ruang agar kedepannya kualitas kedelai lokal sama dengan kedelai impor,” terangnya.

Dikatakan, dan terutama bagaimana kedelai lokal bisa diterima oleh para pembuat tahu tempe. Agar barang eks impor seperti kedelai ini dapat berkurang masuk ke NTB. “Ingatkan kepada stakeholder, jangan memproduksi sesuatu yang tidak laku dong. Produksilah sesuatu sesuai permintaan pasar,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer