28.5 C
Mataram
Minggu, 24 November 2024
BerandaBerita UtamaPariwisata Berkelanjutan di Lobar Jangan Eksploitatif dan Mengorbankan Lingkungan

Pariwisata Berkelanjutan di Lobar Jangan Eksploitatif dan Mengorbankan Lingkungan

Lombok Barat (Inside Lombok) – Rancangan peraturan daerah (raperda) Lombok Barat (Lobar) soal perubahan perda pariwisata berkelanjutan diminta harus sesuai dengan budaya setempat. Khususnya dapat memprioritaskan masyarakat setempat dan bisa diterima secara sosial.

Juru Bicara (Jubir) Bapemperda DPRD Lobar, H. Suherman menyebut pariwisata berkelanjutan tersebut juga harus dikembangkan dengan pendekatan, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. “Pembangunannya juga harus berorientasi pada pengembangan wilayah yang bersifat memberdayakan masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, pariwisata berkelanjutan juga harus melingkupi berbagai aspek. Mulai dari pemberdayaan usaha kecil, lalu keterkaitan lintas sektor. Serta bagaimana kemudi memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dan budaya yang ada.

“Bagaimana kekayaan sumber daya alam dan budaya yang ada ini dapat dimanfaatkan secara bertanggung jawab sebagai daya tarik wisata yang memiliki nilai luhur,” paparnya. Untuk mencapai tujuan itu, pihaknya menilai perlunya perubahan pola pikir dan kesadaran dari para pemangku kebijakan di Lobar.

“Ini menjadi kunci penting untuk memperkuat konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan,” pesan dia, mewakili para anggota legislatif lainnya. Dengan begitu, diharapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Lobar dapat membawa dampak positif bagi sosial, budaya, ekonomi, serta lingkungan.

Sementara itu, Sekda Lobar, H. Baehaqi pun menyatakan hal serupa. Ia membenarkan pentingnya perubahan paradigma dalam membangun pariwisata berkelanjutan tersebut. “Paradigma pembangunan kepariwisataan yang hanya bertumpu pada aspek ekonomi semata, sudah saatnya ditinggalkan,” tegasnya.

Menurut Baehaqi, yang diperlukan saat ini adalah paradigma yang berbasis pada keserasian. Sehingga manfaat ekonomi dengan keseimbangan lingkungan, sosial dan budaya dapat beriringan.

“Bagaimana supaya kepariwisataan dipandang sebagai salah satu sumber daya yang memiliki nilai ekonomi. Tanpa mengorbankan aspek lingkungan yang bersifat eksploitatif,” tandasnya. (yud)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer