Mataram (Inside Lombok) – Perhelatan MotoGP tinggal menghitung hari, tepatnya 18-20 Maret mendatang. Kamar hotel yang tersedia di sekitar Pulau Lombok sampai saat ini sudah terisi penuh di beberapa wilayah, seperti Mandalika, Mataram, hingga Senggigi.
Kendati demikian, di daerah seperti Gili Tramena (Trawangan, Meno, Air) masih banyak kamar hotel tersedia. “Sepertinya tinggal Gili sekarang yang masih kosong. Sebenarnya tidak hanya sampai sekarang kami informasikan Gili masih kosong, saya tidak tahu alasannya kenapa tamu-tamu ini tidak memilih di Gili,” ungkap Ketua Indonesian Hotel Manager Association (IHGMA) NTB, Ernanda Agung Dewantoro, Selasa (15/3).
Menurutnya, ada beberapa tamu yang lebih memilih menginap di Bali ketimbang di Gili, tetapi hanya di tanggal 20 Maret saja. Tamu-tamu tersebut direncanakan menyeberang dengan menyewa boat dari Bali sampai ke Senggigi.
Melihat kondisi itu, diakui permintaan menginap di Gili memang sedikit jika dengan beberapa wilayah lainnya. “Itu menjadi PR kita bersama baik swasta, pemerintah sudah harus dipikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa sampai tamu tidak memilih Gili? Kenapa mereka justru memilih tinggal di Bali?” tanyanya.
Sementara itu, untuk tingkat okupansi hotel di periode MotoGP perkiraan sudah 90 persen dan tamu-tamu yang booking sudah bayar. “Jika dilihat secara year on year, pada Maret tahun ini lebih besar dibandingkan dengan Maret 2021 masih rendah, karena ada PPKM juga,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Gili Hotels Association (GHA), Lalu Kusnawan menerangkan sudah berbagai upaya yang dilakukan sudah membuat rakor, di mana komitmen semua stakeholder baik itu asosiasi speedboat, koperasi karya bahari (slow boat), termasuk koperasi cidomo, kemudian pokdarwis, syahbandar, kepolisian, dinas perhubungan dan dinas pariwisata sebagai inisiator. Kemudian dicoba suarakan ke media sampai akhirnya Menteri Pariwisata datang berkunjung ke Gili Tramena.
“Itu salah satu upaya, upaya apa lagi yang kita lakukan? Semoga ke depannya lebih baik, karena ini event baru pertama, tetapi bagaimana kita harus belajar dari WSBK agar tidak terulang. Tapi balik lagi tergantung demand (permintaan) kalau menurut saya,” ungkapnya.
Diakuinya, permintaan kamar untuk penonton MotoGP memang belum sampai ke Gili Tramena. Kalaupun ada, belum signifikan. Sementara jika dilihat dari transportasi sudah ada keterlibatan dari semua pihak dan tidak ada masalah untuk penyeberangan malam yang siap difasilitasi. Selama memang ada penumpang, kalau dilihat dari masalah biaya tidak terlalu tinggi.
“Biaya cidomo dari jarak paling jauh Rp100 ribu, slow boat Rp25 ribu, Damri Rp15 ribu. Total budget Rp150 itu pun lebih, PP (pulang pergi) Rp300 ribu, harga kamar kita di bawah normal sebelum covid, ada Rp500-300 ribu,” jelasnya. (dpi)