Lombok Barat (Inside Lombok) – Kemunculan nyale atau cacing laut di Pantai Senggigi rutin terjadi lima tahun terakhir, di sekitar minggu kedua hingga ketiga bulan Maret. Pemerintah desa setempat pun mewacanakan momentum ini dapat menjadi event pesta rakyat tahunan juga di Senggigi.
Kades Senggigi, Mastur menyebut adanya potensi itu sangat mungkin dikemas dengan cara yang tepat untuk membuka peluang meningkatkan kunjungan wisatawan. Terlebih sekarang, kata dia, pariwisata Senggigi belum sepenuhnya bangkit seperti saat masih menjadi primadona dulu.
“Dengan adanya event atau atraksi di daerah kita ini, akan mampu memancing tamu-tamu yang mau berlibur,” kata Mastur.
Terlebih, momen munculnya nyale di Senggigi memiliki jeda dengan kemunculan nyale di kawasan Mandalika. Sehingga ini dinilai bisa menjadi event pariwisata yang bisa saling berkesinambungan.
“Coba kita akan usulkan ke Pemda Lombok Barat, supaya acara event rakyat ini juga bisa dilaksanakan di wilayah desa Senggigi,” ujarnya.
Ia mengaku optimis rencana itu terwujud, terutama setelah melihat antusiasme warga dan wisatawan penonton MotoGP yang masih stay di Senggigi ikut turun ke laut untuk “Bau Nyale” sejak Senin (21/03) lalu, saat baru diketahui ada nyale yang keluar di Pantai Senggigi. Hingga Selasa (22/03) malam pun, terlihat antusias masyarakat semakin tinggi.
“Kemungkinan kemunculan nyale ini masih akan berlanjut sampai 3 – 4 malam,” imbuhnya. Mengetahui kemunculan nyale di sekitar Hotel Merumatta, pihaknya pun langsung berkoordinasi dengan pihak hotel untuk menyalakan lampu-lampu yang ada di pinggir pantai.
“Nyale ini kan dia tidak bisa melihat sinar, begitu ada sinar dia akan langsung mendekati sinar itu. Makanya tadi malam banyak yang muncul di dekat dermaga, karena banyak lampu,” beber Mastur. Momen munculnya Nyale di Senggigi ini pun disebut, kurang lebih sebulan setelah awal kemunculannya di kawasan Mandalika, pada Februari lalu.
“Kemunculannya ini kan sekitar pertengahan sampai akhir Maret. Jadi ada kemungkinan ke depan, di waktu yang sama, bisa gelar event. Makanya nanti akan saya koordinasikan dengan Dispar,” ujarnya. Momen ini pun diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke Senggigi, terlebih di bulan-bulan low season pada periode Februari hingga Mei.
“Kalau kita bisa melakukan inovasi untuk menangkap momen itu, kenapa tidak? Legenda itu kan legenda Lombok yang masih dalam satu kesatuan,” pungkasnya. (yud)