Lombok Barat (Inside Lombok) – Para pedagang asongan yang sehari-harinya berkeliling di sekitar Pantai Senggigi ikut merasakan dampak dari perhelatan MotoGP di Mandalika. Terlebih mereka yang setelah gempa mulai kebingungan karena sepinya wisatawan, kembali dihantam pandemi Covid-19 yang membuat Senggigi seolah mati suri.
Kondisi itu mulai berubah, khususnya selama tiga hari perhelatan MotoGP pada 18–20 Maret lalu. Para pedagang asongan itu mulai bisa merasakan angin segar dan bisa sedikit tersenyum.
Wawan (43) seorang warga Gunungsari yang berprofesi sebagai pedagang suvenir mutiara yang sudah 25 tahun berjualan di Senggigi, mengaku keuntungannya cukup meningkat berkali-kali lipat saat event MotoGP berlangsung.
“Ya lumayan lah (laku) daripada sebelumnya, apalagi selama covid ini sepi. Tapi karena ada MotoGP, jadi lumayan lah,” ujarnya sembari merangkai mutiara menjadi gelang, Selasa (22/03/2022). Ia dan rekan-rekannya mangkal di tepi spot foto Senggigi View. Di mana selama MotoGP, kawasan itu dapat dikatakan ramai karena banyak wisatawan yang berhenti untuk sekedar berswafoto di sana.
Momen itu pun yang dimanfaatkan Wawan untuk menjajakan jualannya kepada wisatawan yang berfoto di sana. Terlebih kata dia, Lombok terkenal dengan mutiaranya. Maka peluang itu yang dimanfaatkannya untuk menjual pernak-pernik mutiara dengan harga terjangkau.
“Saya jualan mutiara di sini (Senggigi) kurang lebih 25 tahun. Jualan saya ada gelang, kalung, bros,” jelasnya. Wawan menuturkan, ia dan rekannya yang lain, biasanya berangkat ke Senggigi usai salat subuh. Lalu berkeliling di tepi pantai dan memasuki tiap-tiap hotel untuk berjualan. Lalu kembali pulang saat sudah sore.
“Biasanya pagi-pagi muter dulu ke depan-depan hotel sama di pantai,” imbuh dia.
Dijumpai di lokasi yang sama, Hambali (40) yang berjualan baju kaos bergambar MotoGP Mandalika mengakui keuntungannya meningkat berkali-kali lipat. “Saya jualan hampir 25 tahun, pas pandemi ini kita bener-bener down, kita tiap hari tetap jualan tapi tidak pernah dapat untung. Tapi gara-gara MotoGP adalah (keuntungan) yang kita dapat, jadi bisa menutupi lah,” ujarnya.
Keuntungan yang didapatkan selama empat hari tamu menginap di kawasan Senggigi, justru bisa menutupi kerugiannya selama pandemi. “Kalau yang beruntung sekali, bisa dapat dia Rp 8-10 juta selama empat hari ini,” ungkapnya di sela-sela menawarkan dagangannya kepada para wisatawan yang sedang berfoto di sana.
Dirinya juga tak memungkiri, sudah berhasil meraup untung Rp3-4 juta selama tiga hari berjualan. Terlebih dalam sehari, kata dia, ratusan baju bergambarkan sirkuit Mandalika yang dijualnya begitu laris.
“Kita jual harganya juga masih batas wajar, tergantung dari jenis kainnya. Yang paling murah Rp25 ribu dan yang paling mahal Rp50 ribu,” pungkas pria yang sudah mulai berjualan sejak masih duduk di bangku SMP tersebut. (yud)