26.5 C
Mataram
Senin, 30 September 2024
BerandaBerita UtamaOptimis Bisa Gelar F1, Sirkuit Mandalika Akan Terus Dibenahi

Optimis Bisa Gelar F1, Sirkuit Mandalika Akan Terus Dibenahi

Mataram (Inside Lombok) – Sirkuit Mandalika dicanangkan bakal menggelar event olahraga balap mobil Formula 1 (F1). Meskipun beredar kabar pengelola Sirkuit Mandalika harus membayar biaya yang cukup besar jika ingin menggelar event tersebut, pemerintah tetap optimis dapat menggelar ajang balap roda empat kelas dunia itu.

Berdasarkan informasi yang dirangkum Inside Lombok, standar lisensi F1 yang harus dibayar mencapai 30,6 juta dolar AS atau sekitar Rp438 miliar untuk wilayah Eropa. Sedangkan untuk luar Eropa biayanya membengkak jadi 40 juta dolar AS atau sekitar Rp537 miliar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi NTB, Ridwan Syah menyebut biaya lisensi yang perlu dikeluarkan masih bisa berubah. “Tidak apa-apa (bayar segitu, red), tidak sampai (Rp500 miliar, Red). Ada hitung-hitungannya lah, pasti ada negonya lah namanya orang nawar. Dulu saja MotoGP katanya Rp500 miliar (biaya lisensi), akhirnya juga turun,” ungkapnya kepada Inside Lombok, Jumat (1/4).

Ridwan sendiri sempat dikirim sebagai delegasi untuk bertemu Presiden dan CEO F1, Stefano Domenicali di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada Desember 2021 lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas peluang Sirkuit Mandalika menjadi tuan rumah F1 awal 2024 mendatang.

- Advertisement -

Menurutnya, ITDC sebagai pengelola KEK Mandalika saat ini memang tidak bisa seorang diri menyiapkan Sirkuit Mandalika untuk menjadi tuan rumah F1. Dibutuhkan dukungan pihak lain juga. Seperti saran dari Duta Besar Indonesia di Abu Dhabi, agar Indonesia dapat memanfaatkan kedekatan pribadi antara Presiden Jokowi dengan Uni Emirat Arab untuk membuka komunikasi yang bagus.

“Pak Dubes juga siap untuk memfasilitasi hal tersebut, jadi kunjungan ketemu Presiden F1, Dorna, Dubes, semua pada intinya untuk membackup, kita semua optimis (F1) dilakukan di sini (Sirkuit Mandalika, Red),” ujarnya.

Diakui, ada beberapa syarat dan standar yang harus dipenuhi Sirkuit Mandalika untuk bisa menggelar F1. Jika dari segi homologasi misalnya, Sirkuit Mandalika saat ini hanya layak untuk menggelar balap motor saja. Hal ini terlihat dari pintu evakuasi yang memang sangat kecil dan tidak cukup lebar untuk mobil F1.

“Dari sirkuit tidak masalah. Nanti kita akan perbaiki pintu masuknya, pasti ada penyesuaian untuk bisa perhelatannya. Mungkin parkirnya kita sesuaikan, paddock-nya lebih panjang. Tapi secara umum sama persis teknisnya,” ujar Ridwan.

Oleh karena itu, Dinas PUPR NTB sudah mengevaluasi teknis penyelenggaraan MotoGP untuk melihat aspek mana yang perlu ditingkatkan. Mengingat MotoGP yang digelar 18-20 Maret lalu merupakan event besar pertama yang digelar di NTB.

Dicontohkan, untuk mendukung event internasional lainnya, termasuk F1, perbaikan jalan dan jalur kendaraan perlu dilakukan. “Jadi apa yang terjadi ini biasa saja, tidak usah kita hebohkan, kita perbaiki. Sekarang muncul pemikiran jalur Kuta-Keruak itu hanya berhenti di Songkok, tetapi sekarang kita maju sampai Teluk Awang. Kita buat dua jalur empat lajur. Kita akan buat jalan yang lebih lebar, karena kita belajar dari yang kemarin itu,” jelasnya.

Selain itu, Gubernur NTB, ITDC, serta IMI (Ikatan Motor Indonesia) telah melakukan pertemuan dengan pihak F1 di Sirkuit Yas Marina Abu Dhabi. Hasil pertemuan tersebut Sirkuit Mandalika dilirik untuk menyelenggarakan F1. Hanya saja memang ada beberapa tahap yang harus dilakukan, termasuk untuk peningkatan grade agar sesuai untuk spesifikasi balap mobil. Termasuk melihat minat penonton, dampak ekonomi dan pangsa pasarnya.

“Salah satu syarat Mandalika ini dari sisi pengelolaannya bisa menjadi tuan rumah F1, dia harus sukses dulu MotoGP, dan sudah sukses. Kedua, harus tersedia 3 ribu kamar hotel bintang 5 seperti halnya di Abu Dhabi,” jelas Ridwan.

Sedangkan saat ini di NTB, khususnya di sekitar sirkuit baru punya 800 kamar setara bintang 5 yaitu Pullman, Raja Hotel dan Novotel. Artinya masih dibutuhkan sekitar 2.200 kamar hotel bintang 5.

“Belajar dari MotoGP ada pentahapannya, terkait dengan itu ada survei dan sebagainya. Kami yakin tidak ada masalah, tapi yang berat itu adalah soal kamar,” terangnya.

Diterangkan, ITDC sendiri telah menghitung paling tidak dibutuhkan 10 hotel bintang yang di bangun sekitar sirkuit. “Kalau belajar dari membangun Pullman itu, kita butuh 1,5-2 tahun, sehingga yang paling pas itu kapan kita siap (menggelar F1) adalah 2024. Dua tahun lagi dengan catatan itu ada waktu kita membangun hotelnya, paling tidak 1,5 tahun sudah ada hotelnya,” ujarnya.

Kendati demikian, pemerintah sangat sangat optimis akan ada investor yang berinvestasi untuk membangun penginapan. Tidak hanya untuk F1 saja, melainkan untuk event lainnya seperti WSBK ataupun MotoGP yang telah sukses digelar.

“Mudahan investor yang sudah mau membangun hotel itu bisa segera merealisasikannya. Kami Pemerintah Provinsi siap memfasilitasi, dari masyarakat, kemudahan-kemudahan di dalam perizinan dan lainya,” jelasnya.

Melihat peluang ini, pihaknya yakin investasi yang terbuka akan mendukung percepatan pembangunan infrastruktur agar NTB lebih siap menggelar berbagai event internasional. Terlebih potensi investasi dinilai cukup besar saat ini, tidak hanya untuk NTB, melainkan Indonesia secara umum. (dpi)

- Advertisement -


Berita Populer