31.5 C
Mataram
Senin, 25 November 2024
BerandaBerita UtamaWarga Antusias Beli Emas, Penjualan Meningkat 75 Persen Jelang Idul Fitri

Warga Antusias Beli Emas, Penjualan Meningkat 75 Persen Jelang Idul Fitri

Mataram (Inside Lombok)- Jelang lebaran Idul Fitri 1443 H masyarakat antusias membeli perhiasan emas untuk mempercantik penampilan pada lebaran nanti. Lantaran banyaknya yang membeli emas penjualannya pun meningkat hingga 75 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya beberapa saja.

Peningkatan penjualan emas biasanya terjadi satu minggu sebelum Lebaran, lebaran tahun in 75 persen dibandingkan tahun lalu. Karena masih adanya pandemi covid-19 yang membuat masyarakat menahan untuk membelanjakan uangnya. Dimana lebih kepada membeli kebutuhan pokok lainnya.

“Untuk emas penjualannya naik 75 persen, karena kondisinya sudah lebih baik ekonomi sekarang,” ujar Ketua Ketua Asosiasi Persatuan Pedagang dan Pengrajin Mutiara Lombok (Pearl) NTB H Fauzi, Rabu (27/4).

Tingginya permintaan penjualan emas tahun ini tidak dibarengi dengan harga emas yang ikut naik. Karena harga emas saat ini masih diharga Rp900 ribu pergramnya. Lantaran fluktuasi harga emas dilihat dari harga emas dunia, jika tidak mengalami kenaikan maka harganya tidak naik meskipun banyak permintaan dari masyarakat.

“Harganya sekarang Rp900 ribu per gram untuk emas 22 karat. Itu harganya tidak naik,” ucapnya.

Kendati, masyarakat membeli emas saat ini hanya sebagai keperluan aksesoris sesaat dibanding untuk investasi jangka panjang. Ada beberapa yang memang dijadikan sebagai investasi, namun lebih banyak sebagai aksesoris saja. Dimana mereka membeli untuk digunakan pada saat lebaran, setelah beberapa lebaran kembali dijual.

“Padahal kalau menjual emas yang baru dibeli itu kena potongan, seperti dianggap sewa, tapi konsumen melakukannya mungkin membutuhkan uang untuk kebutuhan pokok,” ungkapnya.

Perhiasan seperti cincin, anting, kalung dan gelang, paling banyak dibeli jelang Lebaran, sebagai keperluan aksesoris saat hari raya maupun untuk investasi. Namun trendnya sekarang ini sudah berubah.

“Kalau dulu banyak orang beli emas jelang Lebaran untuk investasi, artinya untuk jangka panjang. Sekarang ini trennya berubah, banyak yang membeli emas hanya untuk keperluan aksesoris sesaat, mereka membeli satu minggu sebelum Lebaran dan satu minggu setelah Lebaran dijual kembali,” jelas pedagang emas dan mutiar dipertokoan Sekarbela, Mataram.

Ia menilai, perilaku konsumen yang membeli emas dalam jangka pendek dinilai tidak bagus, karena pengusaha kesulitan memutar uang hasil penjualan emas sebelumnya. Kalau konsumen banyak menjual kembali emasnya ke toko tempat membeli, bagi toko emas itu sebenarnya tidak bagus, karena perputaran uang mereka tidak bisa jalan.

“Berbeda dengan yang membeli untuk investasi, hasil penjualan bisa diputar sebagai modal kembali,” ujarnya.

Sayangnya, untuk penjualan emas jelang Lebaran ini belum bisa melampaui penjualan sebelum pandemi, karena daya beli masyarakat masih tertahan akibat naiknya harga kebutuhan pokok.

“Naiknya harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng dan barang lainnya, membuat daya beli masyarakat untuk barang tersier seperti emas tertahan,” terangnya.

Disisi lain, penjualan mutiara tidak meningkat signifikan karena masyarakat lebih memilih membeli emas. Mutiara biasanya dibeli masyarakat perantau yang ada di Kota Mataram untuk dijadikan oleh-oleh saat mudik. Sementara ini penjualannya hanya berkisara di 25 persen, namun kondisi saat ini sudah mulai berangsur-angsur membaik. Karena sejumlah orang banyak melakukan perjalan lantaran banyaknya kemudahan aturan dari pemerintah.

“Biasanya masyarakat luar daerah yang merantau di Kota Mataram membeli mutiara untuk dijadikan oleh-oleh saat mudik,” katanya. (dpi)

- Advertisement -

- Advertisement -

Berita Populer