Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pengembangan Lombok Tengah (Loteng) sebagai pusat ekonomi baru NTB diharapkan berjalan beriringan dengan pembenahan infrastruktur dasar, termasuk bangunan sekolah yang menunjang pendidikan. Sayangnya, beberapa sekolah di Loteng masih berdiri dengan kondisi yang memprihatinkan.
Kondisi tersebut antara lain terlihat di dua sekolah dasar negeri (SDN) di Kecamatan Jonggat, yaitu SDN Bejelo Desa Bonjeruk dan SDN 2 Sukarara Desa Sukarara. Di mana sebagian ruang di masing-masing sekolah tidak bisa digunakan lantaran atapnya yang ambruk.
Di SDN Bejelo misalnya, ada dua ruang kelas yang atapnya tidak terurus dan hampir rubuh. Penyebab utamanya adalah kayu-kayu rangka atap yang sudah lapuk, sehingga sudah hampir 4 tahun ruang kelas tersebut tidak ditempati untuk kegiatan belajar mengajar.
Kepala sekolah SDN Bejelo, Teran menuturkan kondisi tersebut bermula saat terjadi gempa Lombok 2018 lalu. Sehingga rangka atap ruang kelas tersebut patah, dan seiring berjalan waktu semakin parah hingga hampir rubuh.
“Semenjak saya di sini tahun 2019 kondisinya sudah bengkoknya sedikit, lama kelamaan makin turun, untung ada besinya masih menahan,” katanya, Senin (30/5). Pihaknya menyebut sudah melakukan koordinasi dan melaporkan kondisi tersebut kepada pihak terkait berulang kali. Namun belum ada respon dan tindak lanjut.
“Kita dijanjikan tahun 2019 diperiksa oleh kontraktor, sama Unit pelayanan Terpadu (UPT). 2019 selesai, kosong (tidak ada realisasi, Red). Berulang kali kita otak atik dapodik, tetap dijanjikan tidak ada juga reaksi,” tuturnya.
Dengan kondisi tersebut, pihaknya mengaku sudah putus asa karena berulang kali telah difoto dan disurvei. Namun belum ada tanggapan dan realisasi bantuan dari pihak terkait. “Biarkan sudah (bangunan) ini roboh. Mudahan roboh malam, asal tidak roboh saat pagi waktu siswa ada di sekolah ,” ketusnya.
Pemandangan yang sama juga bisa didapat di SDN 2 Sukarara. Di mana atap ruang guru sekolah tersebut runtuh beberapa waktu lalu lantaran kayu rangka atapnya yang sudah lapuk.
Kepala SDN 2 Sukarara, Riamin mengatakan, ruangan guru itu sudah rusak sejak tahun 2014 dan juga sudah lama tidak dipakai karena berbahaya bagi para guru. Pihaknya sudah mengusulkan perbaikan ruangan itu kepada Dinas Pendidikan Lombok Tengah tapi belum ada tindak lanjut hingga sekarang.
“Memang ini bangunan lama berdiri sejak berdirinya SD ini. Sering kita usulkan dari proposal dari dapodik,” katanya. Kerusakan yang terjadi ini juga sudah dilaporkan ke dinas terkait.
Terpisah, Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Loteng, Makbul Ramen menjelaskan pihaknya sudah mendapat laporan terkait kerusakan dua sekolah tersebut. Usulan perbaikan pun telah diajukan.
“Kita sudah usulkan, mudahan sinkron,” ujarnya, menanggapi kerusakan di SDN Bejelo. Sementara untuk kerusakan di SDN 2 Sukarara pihaknya sudah mengirim tim untuk melihat kondisi di lapangan.
Diapun menjanjikan perbaikan SDN 2 Sukarara dilakukan pada tahun 2023 melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Hal itu karena pengusulan perbaikan ruang kelas SDN 2 Sukarara sudah masuk. “Tapi ini diperbaiki tahun 2023 melalui DAK,” katanya.
Di sisi lain, berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya ada ratusan bangunan sekolah yang mengalami kerusakan di Loteng. Sekolah-sekolah itu tersebar di 12 kecamatan.
Pihaknya pun telah membuat perengkingan kerusakan di masing-masing kecamatan, dari rangking 1 sampai 10. “Ada 614 sekolah dasar, sekitar 120-an yang rusak berat dan rusak ringan, tersebar di 12 kecamatan. Lokasi terparah di Praya Barat dan Praya Barat Daya,” katanya. (fhr)