Lombok Timur (Inside Lombok) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) diduga memperjual belikan obat penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK). Menyikapi isu tersebut, Wakil Bupati (Wabup) Lotim, H Rumaksi langsung turun melakukan pemantauan dan inspeksi mendadak (sidak), Rabu (8/6).
Rumaksi mempertanyakan adanya dugaan jual beli obat PMK oleh DPKH dengan biaya sebesar Rp50 ribu dalam sekali suntik. Padahal obat yang ada seharusnya diberikan gratis tanpa ada pungutan biaya, sehingga ia meminta kejelasan terkait hal itu untuk menghindari pungli kepada peternak.
“Ini harus kita perjelas jangan sampai ada pungli,” tegasnya. Rumaksi meminta petugas tidak melakukan pungli kepada peternak dalam penanganan PMK.
Tak hanya itu, Rumaksi juga menilai penanganan PMK di Lotim masih belum maksimal dengan adanya laporan-laporan yang diterima dari peternak, bahwa terdapat ternak sapi yang mati karena PMK. Oleh karena itu ia melakukan kunjungan ke DPKH untuk memperjelas sejauh mana penanganan PMK di Lotim.
Di sisi lain, saat ini pasar hewan masih ditutup agar PMK pada sapi tidak semakin meluas di Lotim. Hal itu dinilai Rumaksi sebagai langkah yang bagus. Namun dapat menambah keluhan para peternak. Ia juga memahami dampak PMK besar terhadap aktivitas peternakan sehingga butuh penanganan maksimal.
“Tingkat kesembuhannya setelah kita tinjau menyentuh angka 50 persen, dan itu cukup bagus. Namun perlu ditingkatkan lagi,” katanya.
Di hadapan Wabup, Kepala DPKH Lotim, Masyhur menepis dugaan bahwa pihaknya menjual obat PMK ke peternak. Menurutnya, obat yang diperjual belikan oleh petugas bukanlah obat yang berasal dari dinas, melainkan obat milik petugas itu pribadi dikarenakan stok obat-obatan milik dinas sangat terbatas.
“Kita tidak pernah menjual obat-obatan di dinas, itu gratis. Tapi yang dijual oleh petugas yakni obat milik mereka sendiri karena stok obat yang terbatas milik kita di dinas,” jelasnya.
Dalam pengadaan obat-obatan untuk penanganan dengan uang kas cadangan milik DPKH senilai Rp150 juta, kemudian obat tersebut didistribusikan ke masing-masing UPTD kecamatan dengan jumlah yang terbatas.
“Obat yang kita sediakan terbatas, sementara vaksinnya sampai saat ini belum ada,” jelasnya.
Sementara angka kasus positif PMK pada ternak di Lotim masih mencapai angka ribuan dengan jumlah kesembuhan yang mencapai 50 persen, serta sisanya saat ini tengah dalam penanganan dan masa penyembuhan.
Masyhur mengimbau para peternak untuk tetap tenang menghadapi wabah PMK tersebut. Ia meminta untuk tidak resah dikarenakan penyakit pada sapi itu masih bisa disembuhkan, sehingga ia menekankan kepada para peternak untuk segera melapor apabila ternaknya memperlihatkan tanda-tanda terpapar agar dengan segera dapat ditangani. (den)