Mataram (Inside Lombok) – Operasi pasar murah kembali digelar Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTB di tengah gejolak harga bahan pokok (bapok) yang melambung tinggi. Mulai dari telur ayam, cabai rawit hingga minyak goreng. Adanya operasi pasar diharapkan mampu menjaga tekan inflasi NTB menuju pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Deputi Kepala Perwakilan BI NTB, Ahmad Fauzi mengatakan operasi pasar yang dilakukan BI NTB bekerjasama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram dalam rangka tindak lanjut atau merespon rilis inflasi bulan Mei 2022. Di mana inflasi Mei sebesar 0,65 persen (m to m) dan 4,08 persen (year on year) angka ini lebih tinggi dari angka inflasi nasional secara year on year.
“Walaupun inflasi besar lalu diiringi dengan pertumbuhan yang tinggi, kita harus menjaga agar inflasi yang terjadi harus lebih rendah dan terkendali sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan yang terjadi di wilayah NTB,” ungkap Ahmad Fauzi, Jumat (10/6).
Untuk memenuhi kebutuhan bapok masyarakat dengan harga lebih rendah dari di pasar tradisional, beberapa distributor dan UMKM berpartisipasi selama gelaran operasi pasar murah tersebut. Mulai dari bawang merah, cabai rawit, telur, minyak goreng, daging ayam beku, beras dan produk UMKM.
“Distributor dan UMKM yang berpartisipasi hari ini 10 Juni hingga 16 Juni 2022. Kegiatan OPM ini dilaksanakan di tiga lokasi; pertama Islamic Center, Pagutan dan Karang Pule,” terangnya.
Sebagaimana diketahui operasi pasar itu menyediakan harga-harga yang di bawah pasaran. Sehingga masyarakat atau pembeli yang ingin mendapat produk komoditas dengan harga di bawah harga pasar seperti cabai rawit, telur ayam, bawang merah, hingga minyak goreng curah dapat langsung datang ke pasar murah.
“Ada cabai yang di pasar Rp100 ribu per kilogram (kg), di pasar murah Rp60 ribu, telur Rp45 ribu per terai, minyak curah sesuai HET Rp14 ribu per liter,” katanya.
Sementara Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan NTB, Muhammad Husni mengatakan, pelaksanaan operasi pasar murah yang dilaksanakan BI NTB pada 10 Juni tentu sebagai langkah menekan tingginya harga Bapok di pasar tradisional. Apalagi NTB menuju kepada pertumbuhan ekonomi berkualitas.
“Jadi pertumbuhan yang berkualitas ini ekonomi tumbuh tapi inflasi juga bisa terjaga, bisa kita kendalikan. Melalui operasi pasar murah ini adalah bentuk dari upaya kita untuk melakukan pengendalian gejolak terhadap inflasi yang timbul di NTB,” terangnya.
Pemerintah NTB juga perlu menjaga gejolak inflasi dengan adanya operasi pasar. Terlebih dalam waktu dengan NTB, khususnya Pulau Sumbawa akan melaksanakan event internasional MXGP. Setelah itu 10 hari kemudian menghadapi Iduladha. Semua moment tersebut berpotensi mempengaruhi gejolak inflasi di NTB.
“Pemerintah berharap ada pihak-pihak lain, tidak hanya BI melaksanakan pasar murah. Juga kita harapkan dari dari instansi atau institusi lainnya agar kiranya bisa melaksanakan hal serupa melalui pasar murah,” jelasnya.
Diharapkan operasi pasar bisa dilaksanakan secara berkala. Untuk itu pemerintah dalam hal ini TPID bersama BI dalam upaya melakukan pengendalian inflasi di NTB jika saja nanti terjadi gejolak. “Mari kita sama-sama untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkualitas. ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali dengan sebaik-baiknya,” tandasnya. (dpi)