Mataram (Inside Lombok) – Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berupaya memaksimalkan pelayanan. Salah satunya dengan mengadakan diskusi rutin yang diadakan setiap bulan khusus bagi pegawai-pegawai Museum NTB dengan para pemerhati Museum.
Kepala Sub-bagian (Kasubag) Tata Usaha Museum NTB, Bunyamin, menerangkan bahwa diskusi tersebut telah diadakan sejak bulan April 2019 dan akan terus dilaksanakan sampai bulan Desember 2019 mendatang.
“Tujuannya adalah untuk menambah wawasan para pengelola museum tentang pengelolaan museum (itu) sendiri, terutama pengelolaan secara teknis,” ujar Bunyamin, Senin (24/06/2019) saat ditemui di sela-sela kegiatan diskusi di Aula Museum NTB.
Pengadaan diskusi rutin ini adalah dengan memanfaatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan pemerintah pusat khsusu untuk pengembagan SDM di Museum NTB sendiri. Topik diskusi diambil dari masalah-masalah pengelolaan museum, yaitu mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan museum.
Bunyamin sendiri menerangkan bahwa diskusi tersebut menghadirkan orang-orang yang ahli dalam bidang museum serta perwakilan dari pemerintah terkait. Seluruh pihak akan sama-sama memberikan masukan-masukan yang diharapkan akan memberikan wawasan baru bagi peserta diskusi, khususnya para pegawai Museum NTB yang sebagian besar merupakan pegawai baru.
“Dengan masukan-masukan dari mereka kita berdiskusi. Diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi teman-teman, karena pegawai museum ini banyak yang baru,” ujar Bunyamin.
Diskusi yang dilaksanakan pada 24 Juni 2019 sendiri merupakan diskusi ketiga yang diadakan Museum NTB. Mengambil tema “Pengelolaan Storage (ruang penyimpanan, Red)” diskusi kali ini berusaha menjawab masalah-masalah penyimpanan serta perawatan koleksi museum yang ada di dalam ruang penyimpanan.
Menurut Bunyamin yang sekaligus berperan sebagai moderator diskusi, pengelolaan ruang penyimpanan merupakan hal yang cukup penting diketahui bagi orang-orang yang bekerja di museum. Mengingat di setiap museum koleksi yang dipamerkan berkisar 10%, yang artinya akan selalu lebih banyak koleksi yang tersimpan di ruang penyimpanan daripada yang dipamerkan.
“Ini tidak kalah pentingnya. Karena di storage ini hampir sebagian besar koleksi museum ada di situ, yang di ruang pameran hanya 10%,” ujar Bunyamin.
Museum NTB sendiri saat ini memiliki setidaknya 7.698 koleksi. Diterangkan Bunyamin bahwa yang bisa dipamerkan di ruang pamerah hanya sekitar 700 item, sementara 6.000 lebih ada di ruang penyimpanan.
Selain itu, salah satu masalah utama di Museum NTB adalah kurangnya ruang penyimpanan sehingga koleksi tersebut terpencar di beberapa ruangan yang dialih-fungsikan sebagai ruang penyimpanan. Pada waktu terjadi bencana gempa Agustus 2018 lalu juga salah satu ruang penyimpanan tersebut ikut mengalami kerusakan.
“Gudang kita kena gempa (dan) ambruk. Ada 3 koleksi dari rotan yang rusak, cuma sudah diperbaiki. Sekarang ini kita tidak punya ruang penyimpanan, karena itu kita alihkan sementara ke ruang temporer,” ujar Bunyamin.
Diskusi ini sendiri akan membahas juga terkait pemanfaatan ruang di Museum NTB. Dengan luas 1.240 m2 pejabat Museum NTB perlu memperhatikan aturan dan menote penataan. Yaitu bagaimana cara memilih ribuan koleksi yang dimiliki agar bisa disesuaikan dengan tema dan sub-tema museum sehingga masyarakat tidak menjadi bosan melihat koleksi yang sama.
“Kita berorientasi pada publik. Jadi kalau masyarakat sudah merasa bosan, kita (akan) ganti,” ujar Bunyamin.
Bunyamin sendiri berharap para pegawai museum, khususnya di Museum NTB terus memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan terkait pengelolaan museum. Karena itu, diskusi ini diharapkan menjadi salah satu sarana saling membantu antara para pakar, pemerhati, dengan pegawai museum untuk saling memberikan masukan-masukan membangun.
“Mungkin ada yang pernah mengunjungi museum di luar (negeri), ada yang pernah membaca sebuah artikel tentang pengelolaan museum itu bisa disampaikan,” pungkas Bunyamin.