Mataram (Inside Lombok) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat pertumbuhan ekonomi NTB triwulan kedua meningkat. Berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II 2022 mencapai Rp39,20 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp25,66 triliun.
Kepala BPS NTB, Wahyudin menerangkan pertumbuhan ekonomi yang riil dapat dilihat dari atas dasar harga konstan yang mencapai Rp 25,66 triliun. Lajunya lebih tinggi ketimbang ada logam mencapai 5,47 persen, kalau ada tambang hanya 5,04 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa tambang dalam kurun waktu tiga bulan terakhir (q to q) sebesar 2,32 persen.
“Ekonomi NTB triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 5,99 persen (y-on-y),” ujar Wahyudin, Jumat (5/8).
Dijelaskan, ekonomi NTB triwulan kedua 2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 5,04 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,25 persen. Disusul oleh pertanian sebesar 13,14 persen kemudian listrik dan gas sebesar 10,83 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,71 persen.
“Proyek-proyek pemerintahan sudah jalan, tapi kalau dibandingkan sektor administrasi pemerintahan pada kuartal satu lebih kecil dibandingkan kuartal kedua April, Mei, Juni itu anggaran sudah cair maka bergeraklah proyek-proyek baik fisik dan non fisik milik pemerintah,” tuturnya.
Jika ekonomi NTB dilihat dari sektor pertanian yang berada di urutan kedua memberikan andil 13,14 persen. Biasanya pertanian berada di posisi teratas untuk penyumbang pertumbuhan ekonomi. Kendati sektor ini cukup sulit untuk menaikkan angka pertumbuhan lebih tinggi.
“Jika kondisi pertanian masih ajeg seperti ini-ini saja. Sedangkan kondisi lahan pertanian semakin menyempit. Kalau kita mau maka harus meningkatkan produktivitas,” jelasnya.
Sekarang ini saja produktivitas pertanian padi per hektare (Ha) masih di kisaran 5,2-5,3 ton di NTB. Sedangkan di Pulau Jawa sudah mencapai 6-7 ton padi per hektare. Artinya, harus ada usaha peningkatan produktivitas dari angka 5 menjadi 7 atau lebih. Salah satu yang dapat dilakukan, penggunaan bibit unggul yang tepat waktu.
Sementara itu ekonomi NTB posisi semester I 2022 terhadap semester I 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 6,83 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 27,19 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen ekspor barang dan jasa sebesar 41,92 persen. (dpi)