Lombok Tengah (Inside Lombok) – Pihak SMAN 1 Praya, Lombok Tengah memutuskan memberhentikan sementra aktivitas ekstrakulikuler Paskibra. Pasalnya, ada dugaan kasus kekerasan fisik oleh senior kepada junior yang dilakukan di ekstrakulikuler itu, hingga pihak keluarga junior yang tidak terima membuat laporan ke polisi.
“Di jeda dulu untuk refresh, seperti HP itu (ibaratnya) iya kita berhentikan untuk sementara, sampai waktu yang belum ditentukan,” ujar Kepala SMAN 1 Praya, Kadian.
Di sisi lain, antara junior dan beberapa oran senior yang diduga melakukan kekerasan fisik itu adalah pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) yang berlatih untuk peringatan HUT Kemerdekaan RI di tingkat kabupaten.
“Dua orang dari pelaku itu dan korban sama-sama jadi pengibar bendera di tingkat kabupaten, mereka tetap latihan seperti biasa setelah kejadian itu,” ujar Kadian.
Dalam perkara itu juga pihaknya akan melakukan mediasi pada kedua belah pihak. Dikatakan Kadian, pihak keluarga senior bersedia memenuhi semua tuntutan dari pihak keluarga si junior.
Untuk itu, pihak sekolah telah berencana akan mempertemukan kedua belah pihak. Namun masih dikhawatirkan jika kondisi semakin memanas.
“Inisiatif kita hanya sepihak dulu dan sekarang tahap kedua akan panggil pihak korban, setelah itu kita pertemukan untuk berdamai dan semoga hasilnya bagus,” pungkasnya. (fhr)
