Mataram (Inside Lombok) – Ekspor produk lokal NTB pada komoditas unggulan non tambang terus digenjot. Salah satunya vanili organik yang tahun ini saja telah diekspor ke Amerika hingga 6,5 ton.
Dari tahun ke tahun ekspor vanili NTB ke Amerika terus meningkat. Dimulai sejak 2020 sebanyak 1,4 ton, kemudian 2021 meningkat 2,4 ton dan 2022 ini sebanyak 6,5 ton. Bahkan tahun depan pengiriman akan lebih banyak lagi yakni 9 ton per tahunnya.
“Progresnya sangat signifikan komitmen terakhir pertahun buyer akan 9 ton mulai 2023, itu pun masih terbuka. Kalau sisi hulu kita siap, pasar terbuka untuk menyerapnya,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB, Heru Saptaji, Jumat (12/8).
Lebih lanjut, dari sisi hulu BI berkomitmen menjalankan program kualiti kontrol dan menjaga ekspor vanili organik terus dilaksanakan. Untuk itu dilakukan pendampingan perbaikan produktivitas, mulai dengan didatangkan ahli vanili dari Balitro yang merupakan pusat penelitian dan pengembangan perkebunan.
Selain itu, salah ahli vanili di indonesia yang menyebutkan salah satu vanili terbaik di Indonesia itu ada di NTB dan sangat terbuka pasarnya di lingkup dunia. “Jadi bisa di Lombok dan Sumbawa terutama di sekitar Tambora. Makanya kami terus menjaga untuk ekspansi pendampingan ke sisi gunung tambora daerah prado di Kabupaten Bima, ini juga kami melihat satu potensi besar,” tuturnya.
Di mana ini akan menjadi salah satu andalan program pendampingan BI NTB dan dilakukan bersama-sama dengan balai karantina pertanian. Sedangkan di sisi hilir pihaknya juga mendorong agar ada produk turunan dari vanili ini. Artinya tidak hanya bahan mentah saja dikirim tetapi yang sudah diolah juga.
“Sekarang bagaimana produk turun ini bisa kita produksi di NTB ini, Kita jadikan produk olahan yang mana powdernya vanili ini bisa dikirim,” imbuhnya.
Senada, Sekda NTB Lalu Gita Aryadi mengatakan jika ekspor vanili organik ini sukses akan ditiru komoditi unggulan lainnya. Terlebih di NTB vanila bisa hidup dan jadi yang terbaik. NTB itu Lombok dan Sumbawa di mana sama potensinya untuk bisa mengembangkan vanili ini.
“Jadi ayok, tidak harus kita hanya tembakau. Ada potensi-potensi lain yang punya harga dan pasarnya yang bagus. Ini momentum yang baik,” ujarnya.
Tentu dengan potensi dan peluang seperti ini hulu hilir harus diperhatikan. Dari sisi hilir sendiri untuk SKA (Surat Keterangan Asal) komoditi vanili sudah daerah NTB dan tidak dari luar. Sementara dari sisi hulu, nanti dari Dinas Pertanian dan Perkebunan harus punya atensi.
“Jangan didalam APBD bibit jagung saja yang di anggarkan. Kenapa tidak bibit vanili saja yang punya nilai, ini kita dorong,” imbuhnya. (dpi)